Profil Darryl Ratulangi | Fortune Indonesia 40 Under 40

Darryl Ratulangi

Darryl Ratulangi

Managing Director OCBC NISP Ventura

Quick Fact
Darryl Ratulangi
Education: University Of Toronto, Canada
Quotes: “Ini adalah bisnis yang result oriented. Tidak ada yang ingat investment manager. Sebab manajer investasi yang paling diingat itu yang memberikan return paling bagus.”

Darryl Ratulangi belum genap berusia 30 tahun ketika OCBC NISP meminangnya untuk menjadi nakhoda corporate venture capital mereka pada 2019 lalu. Merasa tertantang, Darryl menyanggupinya. Ia pun merintis berdirinya OCBC NISP Ventura dan menjadi managing director.

Tak hanya OCBC NISP, dalam periode lima tahun terakhir, sejumlah bank nasional memang aktif membentuk modal ventura agar bisa melebarkan sayap usahanya ke sektor perusahaan rintisan. Sebut saja, Mandiri Capital Indonesia milik Bank Mandiri, BRI Ventures milik Bank Rakyat Indonesia, hingga Central Capital Indonesia milik Bank Central Asia. Wajar saja, bank tidak boleh menyertakan modal langsung ke startup untuk menjaga stabilitas modal dan tingkat kredit macet di kondisi yang sehat. 

Tak bisa dipungkiri, OCBC NISP Ventura lahir pada masa sulit. Izin operasionalnya sebagai perusahaan modal ventura terbit pada 2020, bertepatan dengan pagebluk Covid-19. Jangankan untuk menjaring target pendanaan, merekrut anggota tim pun jadi tugas menantang.

Darryl yang membangun pondasi ONV dari nol harus berakrobat. Meski modal awal sudah di genggaman, pembatasan sosial membuatnya sulit untuk mewawancarai calon talenta yang akan bergabung. Belum lagi, ia harus meyakinkan para kandidat tersebut soal prospek bisnis yang dijalankannya.

Tak jarang, para kandidat itu mundur karena meragukan struktur organisasi yang belum terbentuk dan jobdesk yang kurang jelas. “Saya pikir merekrut adalah hal yang sangat mudah apalagi disokong oleh brand OCBC NISP yang sudah kuat. Ternyata tidak banyak orang suka dengan anonymous perusahaan baru,” kata Darryl.

Tantangan lain adalah menyalurkan modal. Kita semua tahu bahwa pandemi Covid-19 secara tak langsung telah mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital. Pembatasan sosial memaksa masyarakat melakukan banyak hal—belajar, bekerja, hingga bertransaksi—secara daring. Perusahaan-perusahaan rintisan di sejumlah sektor digital pun tumbuh secara eksponensial. Apakah ini waktu yang tepat untuk menggelontorkan pendanaan? Bisa saja. Tapi, investasi—apalagi dengan dana dari pihak lain—tak bisa dilakukan serampangan. Proses due diligence harus dijalankan dengan cermat, meski dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Maka, perlu usaha lebih dari sekadar bertukar ide.

Menurut pria kelahiran 18 Oktober 1990 ini, investasi tak sekadar persoalan matematika atau kemampuan membaca angka. Sebab, banyak perusahaan rintisan yang belum menghasilkan keuntungan. Karena itu, penting bagi investor untuk bisa menggali potensi dari ide bisnis para pendiri startup

“Saya percaya dunia investasi seperti seni. Ini karena kita tidak tahu konteks strategi dari perusahaan lain, kondisi keuangan mereka saat ini. Kita itu bisa meng-impact bisnis dari investing itu sendiri,” katanya saat ditemui Fortune Indonesia di OCBC NISP Tower Jakarta (19/1).

Kini, Darryl memimpin tim beranggotakan enam orang. Mereka adalah para profesional di bidang keuangan dan ekonomi digital. Pria yang hobi bermain sepak bola ini mengibaratkan kerja tim layaknya kombinasi pemain yang mengisi berbagai posisi di lapangan hijau. 

“Akhirnya, bukan semua pemain berstatus superstar atau pemain terbaik. Tapi, kita harus menggabungkan suatu tim untuk mengisi kelemahan dan menonjolkan kemampuan masing-masing,” ujarnya.

Timnya memang terbilang kecil, tapi dana kelolaannya lumayan. Darryl enggan menyebut besarannya, yang pasti cukup untuk mendanai 11 startup lintas sektor, dari level seed hingga Seri D. Sejumlah startup itu antara lain Awan Tunai, Dekoruma, Edenfarm, GajiGesa, IDN Media, Kiddo.id, Prospeku, Rukita, Sirclo, UUS Networks, dan Workfit.

Meski menganut sector-agnostic, ONV memastikan bahwa kerja sama yang apik akan menghasilkan return yang baik bagi organisasi induknya. Sama halnya seperti bank, Darryl menyebutkan, prinsip kehati-hatian selalu menjadi pegangan ONV dalam menyalurkan pendanaan. 

“Seperti pacaran jangka panjang, kalau tidak ada win-win solution dari awal, pasti hubungannya jadi mengesalkan. Tidak sama seperti hari pertama ketemu,” kata Darryl.

Baca kisah selengkapnya pada Majalah Fortune Indonesia edisi Februari 2023.