Profil M. Alfatih Timur | Fortune Indonesia 40 Under 40

M. Alfatih Timur

M. Alfatih Timur

CEO dan Founder Kitabisa.com

Quick Fact
M. Alfatih Timur
Education:
Quotes:

Pada mulanya adalah sebuah gerakan. Muhammad Alfatih Timur (29), akrab disapa Timmy, memulai Kitabisa jauh sebelum istilah sociopreneur atau usawahan sosial populer di Indonesia. Usianya saat itu masih 22 tahun dan berstatus mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia. 

Timmy dan beberapa rekannya rutin menghimpun donasi untuk menolong sesama: dari bantuan untuk pemilik kost yang ditimpa mala, hingga dana untuk para penderita kanker.

Barulah pada 2013, di bawah bimbingan Rhenald Kasali—dosennya yang juga praktisi bisnis dan penggerak Rumah Perubahan—Kitabisa didorong menjadi platform online yang dapat memfasilitasi penggalangan dana (crowdfunding) untuk berbagai gerakan altruisme.

Kini Kitabisa telah memfasilitasi lebih dari 1,5 juta donasi masyarakat secara online dan menjadi salah satu platform crowdfunding terpercaya di Indonesia. Selama pandemi Covid-19, Kitabisa juga jadi wadah solidaritas masyarakat untuk saling menguatkan. Kitabisa secara khusus meluncurkan tanda pagar #BersamaLawanCorona dan menjaring 705.000 lebih donatur untuk berbagai kegiatan sosial selama pandemi.

Belakangan, Kitabisa juga meluncurkan insurtech atau platform asuransi digital bernama Kitajaga. Platform ini bakal memfasilitasi penghimpunan dan pengelolaan dana untuk program asuransi para anggotanya. Produk ini bermula dari program Saling Jaga yang diluncurkan Kitabisa pada 2020. Dengan menyisihkan minimal Rp10.000, para donatur ini menjadi anggota program dan membantu anggota lain yang terdiagnosa penyakit kritis maupun Covid-19 di kemudian hari.

Dalam 2 tahun, Saling Jaga telah memfasilitasi 700.000 lebih anggota untuk saling membantu hingga 2.703 anggota dari dana bersama. Namun, program ini harus selesai beroperasi karena dinilai sebagai produk asuransi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

"Donatur kita selama ini bantuin orang yang sakit. Tapi bagaimana kalau mereka sakit. Nah kami buat program ini. Konsepnya gotong royong lah," kata pria kelahiran Bukit Tinggi, 27 Desember 1991 ini.