Jakarta, FORTUNE - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus mencatatkan kinerja positif. Sampai dengan akhir kuartal-II 2021, BRI mampu mencatatkan laba Rp12,54 triliun atau tumbuh 22,93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, melansir rilis media dari situs BRI, Selasa (24/8), penyaluran kredit BRI secara konsolidasian tercatat mencapai Rp929,40 triliun dan 80,62% diantaranya disalurkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pencapaian kredit tersebut ditopang pertumbuhan kredit mikro BRI sebesar 17% (yoy).
Konsep besar BRIvolution
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan kinerja cemerlang BRI merupakan hasil dari strategi untuk menjaga pertumbuhan perseroan melalui konsep besar BRIvolution 1.0 pada 2016 dan memperbaruinya pada 2020.
Menurut Sunarso, pendemi membuat Non Performing Loan (NPL) naik, terutama pada nasabah di segmen UMKM yang menjadi tulang punggung BRI. “Itu [UMKM] yang dulu tidak kena krisis sekarang kena krisis. Maka kita harus me-review transformasi kita. BRIvolution 1.0 itu menjadi BRIvolution 2.0. Kami tetapkan mulai 2020,” ujar Sunarso.
Dalam BRIvolution 2.0, visi besar BRI The Most Valuable Bank in Southeast Asia diubah menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia, dimana BRI semakin melibatkan seluruh komponen anak perusahaan. Selain itu, Home to The Best Talent menjadi Champion of Financial Inclusion, yang mengembalikan fokus BRI pada segmen UMKM, termasuk usaha Ultra Mikro (UMi).
Transformasi digital
Mengiringi transformasi di masa pandemi, kata Sunarso, BRI fokus pada dua area utama, yaitu digital dan budaya. Transformasi digital dilakukan untuk mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis, dan menciptakan value baru melalui new business model.
Sunarso menyampaikan bahwa salah satu contoh nyata efisiensi digitalisasi business process adalah dengan adanya BRISPOT, aplikasi pemrosesan kredit secara mobile yang digunakan oleh tenaga pemasar BRI. “Dengan BRISPOT, proses booking kredit mikro (produktivitas) meningkat dari rata-rata Rp2,5 triliun per bulan menjadi lebih dari Rp4 triliun per bulan,” ujarnya.
Selain itu, melalui aplikasi ini, proses kredit pun menjadi jauh lebih cepat, dari 2 minggu menjadi rata-rata 2 hari. Keberhasilan lain dari transformasi digital BRI adalah layanan perbankan melalui Agen BRILink. “Volume transaksinya telah menembus Rp800 triliun pada tahun lalu dan tahun ini kami targetkan mencapai lebih dari Rp1000 triliun,” kata Sunarso.
Contoh lain transformasi digital adalah kehadiran aplikasi BRImo, Super Apps milik BRI yang mampu mencatatkan pertumbuhan signifikan selama pandemi berlangsung. Hingga akhir Juni 2021, pemakai BRImo mencapai 11,1 juta user dengan pertumbuhan 106,7%. Jumlah transaksi yang terjadi pun mencapai 710 juta transaksi dengan pertumbuhan 2.186% dan volume transaksi yang bertumbuh 663,2%.
Transformasi budaya
Terkait budaya, pada pertengahan 2020 BRI menyelaraskan core value perusahaan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) perseroan.
“Hasilnya dapat dirasakan, bahwa saat ini seluruh insan BRIlian (Pekerja BRI) menyadari peran pentingnya untuk memberikan makna bagi Indonesia, baik melalui nilai ekonomi maupun nilai sosial,” ucap Sunarso melanjutkan.
Sunarso mengungkapkan, transformasi budaya ini dilakukan untuk membangun Performance Driven Culture. Budaya berbasis kinerja dilakukan dengan membangun performance management system yang membutuhkan management information system valid dan akurat. “Dengan sistem tersebut maka setiap individu akan mampu merancang dan merencanakan suksesnya sendiri,” katanya.
Sementara itu, kata Sunarso, tugas perusahaan adalah menyiapkan ‘lapangan’ atau kompetisi yang sehat, menyediakan aturan main berkompetisi (sistem), menyiapkan score board (Performance Management System), dan menyediakan rewards.
“Dengan begitu, masing-masing individu dapat mengeluarkan potensi terbaiknya yang dikolaborasikan dengan KPI yang orkestratif senhingga menjadi potensi terbaik perusahaan,” ujar Sunarso.