BUSINESS

Dua Perang yang Dihadapi Pengusaha di Masa Pandemi

Yakni, perang lawan pandemi dan perang ekonomi.

Dua Perang yang Dihadapi Pengusaha di Masa PandemiArsjad Rasjid, Ketua Umum KADIN Indonesia. (dok. KADIN)

by Bayu Pratomo Herjuno Satito

01 December 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menanggapi situasi pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai di Indonesia, Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2021-2026, berbagi pandangannya atas semangat gotong royong dan era baru dalam dunia usaha. Menurutnya, masyarakat Indonesia saat ini—khususnya para pengusaha—sedang menghadapi dua peperangan, yakni perang melawan pandemi dan perang ekonomi.

Perang melawan pandemi harus dimenangkan. Untuk itu, Kadin membagi penyelesaiannya menjadi dua bagian, yakni kesehatan dan sosial. “Untuk kesehatan, kami menggunakan vaksin gotong royong. Kadin mendaftarkan teman-teman pengusaha untuk ikut serta membantu beban pemerintah dengan membeli vaksin itu dari pemerintah, yang diwakili oleh BUMN,” ujarnya kepada Fortune Indonesia.

Selain itu, Kadin juga membantu dalam pengadaan oksigen, serta obat-obatan. Kemudian dari sisi sosial, kata Arsjad, Kadin membantu dalam hal kebutuhan pokok, beras, makanan. Menurutnya, pengusaha harus menunjukkan tidak hanya berbisnis saja tapi juga memikirkan bangsa ini menghadapi pandemi.

Sedangkan, para pengusaha juga harus menghadapi perang ekonomi. “Saat ini semua negara punya masalah, punya tantangan. Mereka butuh bisnis, butuh uang. Apapun roda perekonomiannya, semua akan bergerak kalau ada oli. Olinya itu adalah uang,” ucap Arsjad. “Kadin sendiri akan membantu pemerintah sehingga bisa mengundang uang investasi untuk masuk.”

Harus ada deregulasi bisnis di sektor kesehatan

Menurut Arsjad, bisnis di sektor kesehatan harus menempuh deregulasi agar dapat menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia ke depan. Fasilitas kesehatan dan industri farmasi harus menjadi perhatian agar di masa depan tidak menjadi beban yang memberatkan.

“Bagaimana bisnis kesehatan bisa kita dorong dan terjadi invention. Biaya kesehatan ke depan akan tinggi. Kita tidak boleh hanya memikirkan orang sakit saja, melainkan bagaimana mereka tidak menjadi sakit,” ujar Arsjad.

Hal ini, di mata Arsjad, adalah hal yang sangat penting mengingat situasi kesehatan dan bisnis yang tidak menentu. Setiap negara pasti akan mengutamakan rakyatnya terlebih dulu, baru kemudian memastikan pengiriman ke luar negeri berjalan dengan baik. “Sama saja seperti vaksin. Kita sudah pesan tapi pengiriman terlambat. Kenapa? Karena negara produsen akan mendahului rakyat mereka dulu,” katanya.

Kompetensi yang harus dimiliki dalam dunia bisnis

Arsjad mengatakan bahwa financial dan digital literacy harus dapat menjadi kompetensi yang dimiliki dalam dunia bisnis, terutama oeh para pengusaha dan karyawan. Hal ini diperlukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. “Kedua hal inilah yang membuat kita bisa leapfrog,” katanya.

Untuk berkompetisi dengan negara lain, ujar Arsjad, para pengusaha harus berinvestasi di sektor teknologi, sehingga pabrik-pabriknya bisa bekerja lebih efisien. “Ketika beradaptasi dengan teknologi, mau tidak mau, pekerja tidak bisa dipakai semua. Makanya kita harus bekerja sama. Pekerja harus berubah atau di-upgrade skill-nya. Atau bisa juga, pekerja-pekerja ini menjadi pengusaha yang baru,” tuturnya.