BUSINESS

5 Cara Jitu Agar Inovasi Produk Olahan Lele Lebih Diminati

Mulai dari menjaga mutu, terus berinovasi hingga kreativitas

5 Cara Jitu Agar Inovasi Produk Olahan Lele Lebih DiminatiIlustrasi pecel lele. Shutterstock/Hanif Rifqi

by Desy Yuliastuti

01 September 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE- Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang akrab dan digemari masyarakat. Harganya yang lebih murah dibandingkan protein hewani lain seperti ayam atau sapi, tapi tetap padat gizi membuat ikan ini menjadi favorit masyarakat.

Sebagai gambaran, dalam 100 gram daging ikan lele, mengandung protein sebesar 18,7 gram.  Tak hanya itu ikan lele mudah dibudidayakan dan gampang didapat di semua daerah.

Di samping itu, lele menjadi salah sattu komoditas primadona dalam Gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2004.

Terlebih ikan menjadi salah satu solusi utama bagi permasalahan gizi masyarakat (stunting), terutama ikan lokal karena harganya terjangkau. Peluang usaha dari inovasi produk olahan lele tentu masih terbuka luas, serta banyak cara inovatif mendongkrak pendapatan.

Mencari celah untung di tengah pandemi

Abon Bandung/Dok. Kementerian kelautan dan perikanan

Ubeidillah, pria paruh baya yang tinggal di perkampungan Desa Maruyung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat beruntung bisa cuan dari lele di tengah pandemi Covid-19. Berbekal kemampuan mengolah ikan lele menjadi abon, Abah Ubed, begitu dia disapa, selalu berusaha mencari komposisi yang pas untuk produknya tersebut sejak 2009 silam.

"Tidak laku-laku, bikin 10 kg tidak laku. Kita bagikan ke majelis taklim dibilang keasinan, bikin lagi kemanisan. Saya catat sampai ratusan kali," kata Abah Ubed di Kabupaten Bandung (25/10), dikutip dari laman resmi KKP.

Peruntungan Abah Ubed berubah sejak dia mengikuti pelatihan pengolahan krakers abon ikan dari Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP) pada 2019. Hasil pelatihan tersebut pun dia terapkan dengan memproduksi krakers berbahan dasar ikan lele.

"Abon curah saya melimpah banyak, pemasarannya kurang. Dikasih jalan pelatihan dan didampingi. Tadinya sempat mikir, laku tidak ya, dan kita coba saja," kenangnya,

Perlahan, krakers abon bikinan Abah Ubed pun sering tampil di sejumlah pameran dan bazar produk usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM).  Usaha Abah Ubed pun semakin berkembang, bahkan di tengah pandemi Covid-19, omset usahanya mencapai lebih dari Rp100 juta per bulan.

Menjaga kualitas produk

Agar tetap diminati masyarakat, Abah Ubed menjaga menjaga kualitas produknya. Mulai dari bahan baku, dia tidak sembarang menerima bahan baku ikan lele dari pembudidaya yang belum mengantongi sertifikat cara budidaya ikan yang baik (CBIB).

Tak hanya itu, dia juga mengadopsi konsep zero waste lantaran menghasilkan varian produk olahan lain seperti krupuk tulang ikan lele serta kripik kulit lele.

"Tadinya produksi 1.000 bungkus krakers sebulan, sekarang bisa 6.000-10.000 bisa. Pas Covid-19 penjualan malah naik. Jadi jangan kecil hati, saya (rumah) jauh dari jalan raya, tapi yang makan (krakers abon) sampai luar daerah. Ada dari Kalimantan, Bengkulu, Lampung," katanya.