BUSINESS

Jokowi Dorong Eropa Bangun Pabrik Pengolahan Nikel di Indonesia

Jokowi nyatakan Indonesia sebagai negara terbuka.

Jokowi Dorong Eropa Bangun Pabrik Pengolahan Nikel di IndonesiaPresiden Joko Widodo menyampaikan sambutannya pada acara Milad ke-109 Muhammadiyah secara daring dari Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/11/2021)

by Eko Wahyudi

25 November 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak ambil pusing gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia terkait larangan ekspor nikel mentah ke World Trade Organization (WTO). Dia menyebut, Indonesia tidak ingin mengganggu kegiatan produksi negara-negara di Uni Eropa.

Dia pun menegaskan, bila Eropa ingin menikmati nikel Indonesia, maka harus membangun pabrik pengolahannya di dalam negeri. Hal itu telah ia sampaikan juga pada pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Italia pada Oktober lalu. “Kita terbuka, kita tidak tertutup. Silakan kalau ingin nikel, silakan datang. Bawa pabrik ke Indonesia, bawa industrinya ke Indonesia, bawa teknologinya ke Indonesia," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang disiarkan secara virtual, Rabu (24/11).

Menurut Jokowi, jika sudah bangun pabrik olahan nikel di Indonesia, mereka bisa mengolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dia menyakini, apabila pengolahan dilakukan di Indonesia akan jadi lebih efisien biaya produksinya. “Saya sampaikan apa adanya, artinya kita tak tertutup, beda kalau kita tertutup orang lain tak boleh masuk, ini boleh kok," tuturnya.

Lebih jauh, mantan Wali Kota Solo ini mengatakan,  dengan negara-negara lain membawa pabrik dan teknologinya ke Indonesia, maka hal itu akan menguntungkan. Salah satunya dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

Jokowi akan larang ekspor komoditas lain

Setelah larangan ekspor nikel, Indonesia kemungkinan akan menghentikan ekspor bauksit mentah pada tahun depan. Selanjutnya, larangan akan diterapkan untuk tembaga dan timah pada tahun berikutnya.

Jokowi lalu menjelaskan larangan eskpor bahan mentah akan memberikan nilai tambah. Sebagai contoh, ekspor nikel mencapai US$1,1 miliar pada tiga tahun lalu, saat penjualan bahan mentah masih diperbolehkan. Tahun ini, ekspor turunan produk nikel diperkirakan melonjak jadi US$20 miliar.  Larangan ekspor bahan mentah akan memperbaiki neraca dagang, neraca pembayaran, dan neraca transaksi berjalan Indonesia.

"Itu baru dua komoditas, bayangkan kalau dihilirisasikan di negara kita. Meskipun memang kita digugat di WTO, kita enggak masalah," ujar dia.

Pada 2018, neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok masih defisit US$ 18,41 miliar. Sementara pada Oktober 2021, neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok surplus US$ 1,3 miliar.

Jokowi juga memerkirakan, neraca dagang Indonesia dengan Tiongkok akan surplus pada tahun depan. "Artinya apa, barang kita lebih banyak masuk ke sana dengan nilai yang lebih baik dari sebelumnya," ujar dia.