BUSINESS

Program Substitusi Impor Berikan Efek Positif Ke Kinerja Industri Baja

Peningkatan kebutuhan baja didukung kebijakan bebas PPnBM.

Program Substitusi Impor Berikan Efek Positif Ke Kinerja Industri BajaShutterstock/TGeorge

by Eko Wahyudi

24 January 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Meskipun tantangan COVID-19 masih belum berakhir, kinerja industri nasional cukup positif dibandingkan 2020. Salah satu indikatornya adalah kinerja sektor industri logam dan baja yang turut tumbuh selama 2021.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kuartal III-2021 menyaksikan pertumbuhan sektor industri logam dengan HS 72-73 di atas 9,82 persen. Kinerja tersebut didukung ekspor produk baja hingga November 2021 mencapai US$19,6 miliar dan mengalami surplus US$6,1 miliar.

“Peningkatan kebutuhan baja ini didukung kebijakan PPnBM otomotif yang juga tumbuh hingga 27 persen di kuartal III tahun 2021,” kata Direktur Industri Logam, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Budi Susanto, seperti dikutip dari pernyataannya, Senin (24/1).

Selain karena kebijakan PPnBM otomotif, Budi mengatakan pertumbuhan industri baja juga ditopang langkah regulator mengatur pasokan impor. Hal ini diterapkan dengan melihat kondisi industri baja nasional mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Pengaturan ini menjadi penting agar produk-produk yang sudah diproduksi di dalam negeri dapat dimaksimalkan. Kemudian untuk kegiatan impor hanya untuk mendatangkan bahan baku berbagai industri.

Nilai investasi di sektor logam

Hingga triwulan III-2021, investasi di sektor logam menunjukkan kinerja cukup baik dengan Rp87,73 triliun dan utilisasi di atas 60 persen. 

Pada saat sama, Research Oriented Development Analysis (RODA) Institute mencatat impor baja ke dalam negeri susut sepanjang 2019-2021. Volume impor pada 2021 susut 31 persen menjadi 4,8 juta ton dibandingkan realisasi 2019 yang sebanyak 6,9 juta ton. 

Direktur Eksekutif Research Oriented Development Analysis (RODA) Institute, Ahmad Rijal Ilyas, mengatakan beberapa program pemerintah yang dirasakan manfaatnya oleh pelaku usaha antara lain pengendalian impor, program substitusi impor termasuk penurunan nilai impor untuk beberapa produk baja, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), penerapan SNI wajib dalam rangka melindungi konsumen dalam negeri dari produk baja yang tidak berkualitas, serta pemberian insentif untuk mendorong peningkatan investasi di sektor industri logam.

Optimisme pelaku usaha di industri baja

Senada dengan Budi, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) Handjaja Susanto menyampaikan, pihaknya telah memperoleh laba bersih hingga Rp100 miliar. Capaian tersebut dikarenakan kontrol impor baja oleh pemerintah. Sehingga yang sebelumnya mengandalkan pasar impor beralih ke pasar lokal.

Dengan demikian, iklim usaha dan investasi akan terus meningkat di Indonesia. “Optimisme industri baja nasional ini terus dijaga dengan upaya hilirisasi dan substitusi impor yang telah dicanangkan oleh pemerintah,” ujarnya.