BUSINESS

Pelonggaran PPKM Jadi Momentum Pemulihan Bisnis Mal dan Ritel

Pengusaha mal harapkan okupansi meningkat.

Pelonggaran PPKM Jadi Momentum Pemulihan Bisnis Mal dan RitelSeorang Bapak bersama dua anaknya mengunjungi Pusat perbelanjaan metropolitan mall di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/10/2021). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.

by Hendra Friana

04 November 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi level 1 di sejumlah wilayah membawa angin segar bagi pebisnis pusat perbelanjaan hingga ritel modern. Kondisi ini jadi momentum mereka untuk memperbaiki kinerja mereka yang sempat anjlok akibat kebijakan "rem darurat" di kuartal II.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Alphonzus Widjaja mengatakan, pihaknya menyambut baik relaksasi kebijakan yang dilakukan pemerintah. Namun ia berharap kebijakan ini dapat disusul dengan dukungan program seperti vaksinasi di pusat perbelanjaan.

Hal ini penting agar okupansi mal yang masih di bawah 50 persen dapat meningkat. Di sisi lain, pengusaha juga dapat membantu pemerintah menjalankan program percepatan imunisasi di kota-kota yang masih rendah cakupan vaksinasinya.

"Okupansi sangat penting karena kami masih dalam kondisi berat setelah penutupan operasional saat pemerintahan memperketat kebijakan di kuartal dua lalu," ujarnya kepada Fortune Indonesia, Rabu (3/11).

Berdasarkan data yang ia miliki, hingga saat ini tingkat okupansi pusat perbelanjaan masih di kisaran 40 persen. Meski demikian persentasenya sudah relatif meningkat sejak Agustus lalu. 

Ia berharap di akhir tahun ini jumlah pengunjung terus bertambah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sehingga di akhir tahun perbaikan kinerja bisnis pusat perbelanjaan dapat tercapai.

Ritel Modern Incar Pertumbuhan 4 Persen

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menuturkan pelonggaran PPKM akan memberikan dorongan bagi perbaikan kinerja di sektornya

Hal ini juga tak terlepas dari sinyal pemulihan ekonomi yang mulai terlihat dari sejumlah indikator, salah satunya tingkat inflasi. Badan Pusat Statistik melaporkan indeks harga konsumen (IHK) Oktober 2021 sudah mencapai 1,66 persen secara tahunan atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,60 persen yoy.

“Kalau ekonomi tahun ini bisa 4 sampai 4,5 persen, maka pertumbuhan ritel secara tahunan diperkirakan di kisaran 3,5 sampai 4 persen,” katanya.

Meski demikian, Roy menyatakan bahwa bisnis ritel modern belum akan kembali ke situasi sebelum pandemi. Namun jika tak ada kenaikan kasus kembali, ia memperkirakan momen pemulihan ritel modern akan bisa terjadi pada semester pertama tahun depan yang bertepatan dengan momentum Ramadhan dan Idulfitri.

“Tahun ini masa pemulihan lah. Karena ekonomi juga kan belum pulih sepenuhnya. Tapi tahun depan, Kalau tidak ada outbreak KIA bisa balik ke pertumbuhan semula.,” kata Roy