BUSINESS

Dikabarkan Bakal Pangkas Puluhan Pesawat, Ini Respons Garuda Indonesia

Garuda Indonesia masih berdiskusi soal pemangkasan armada.

Dikabarkan Bakal Pangkas Puluhan Pesawat, Ini Respons Garuda IndonesiaDok. Internal Kementerian BUMN
23 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. merespons kabar yang menyebut bahwa mereka akan memangkas jumlah armada yang ada sekarang, serta menegosiasikan ulang pesanan pesawat. Rencana penyesuaian jumlah armada ini disebut sebagai bagian dari upaya restrukturisasi perseroan.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, membenarkan bahwa saat ini perusahaan tengah berdiskusi soal rencana pemangkasan jumlah armada serta negosiasi pesanan pesawat kepada para pihak yang menyewakan (lessor). Namun, Irfan belum dapat menyampaikan keberlanjutan diskusi dimaksud.

“Belum ada status yang bisa diinformasikan,” kata Irfan kepada Fortune Indonesia, Rabu (22/9).

Pernyataan Irfan ini disampaikan menanggapi kabar bahwa Garuda Indonesia akan memangkas sebanyak hampir 80 armada tersedia, dan bahkan menegosiasikan atau membatalkan pesanan 90 pesawat. Kabar ini sebelumnya disampaikan oleh flightglobal.com yang mengutip data Cirium.

Berdasarkan pemberitaan itu, perusahaan dengan kode emiten GIAA berencana menyesuaikan jumlah armadanya terutama jenis pesawat yang berbadan lebar termasuk yang nilai sewanya sudah tertekan. Sejumlah armada yang hendak dikurangi ini, antara lain: 10 Boeing 777-300ER, 10 Airbus A330-300, 7 Airbus A330-200, 7 Boeing 737-300/500, 17 Boeing 737-800, 18 CRJ-1000, dan 8 ATR72-600.

Garuda juga dilaporkan akan menegosiasikan ulang atau bahkan membatalkan pesanan pesawat, antara lain: 13 Airbus A330-900/800, 25 Airbus A320/A320 Neo, 49 Boeing 837 Max, dan 5 ATR72-600.

Di sisi lain, perusahaan itu disebut akan mempertahankan beberapa armada yang ada, seperti: 5 Airbus A330-900/800, 8 Airbus A330-300, 53 Boeing 737-800, dan 1 Boeing 737 Max. Garuda juga akan mempertahankan armadanya yang khusus digunakan oleh Citilink, antara lain: 56 A320/A320neo, 1 737-300/500, dan 11 ATR72-600.

Kalah di London

Garuda Indonesia sebelumnya dinyatakan kalah dalam kasus gugatan pembayaran uang sewa pesawat oleh lessor Helice Leasing S.A.S dan Atterisage S.A.S ("Goshawk") di Pengadilan Arbitrase London (LCIA). Gugatan diajukan pada awal 2021.

Atas putusan tersebut, Garuda Indonesia diwajibkan membayar kewajiban sewa pesawat. Selain itu Garuda juga harus memenuhi kewajiban-kewajiban lain terkait perjanjian sewa pesawat, pembayaran bunga keterlambatan, serta pembayaran biaya perkara penggugat.

Irfan Setiaputra mengatakan, perusahaan terus menjalin komunikasi intensif dengan Goshawk guna menjajaki kesepakatan terbaik dalam upaya menyelesaikan kewajiban usaha perseroan di luar proses hukum yang telah berlangsung. Salah satunya adalah mempertimbangkan kemungkinan penjajakan skema restrukturisasi maupun strategi alternatif penunjang lainnya.

“Melalui komunikasi yang sejauh ini telah terjalin dengan baik, tentunya kami cukup optismistis penjajakan yang kami lakukan tersebut dapat menghasilkan kesepakatan terbaik bagi seluruh pihak, khususnya dengan memperhatikan aspek keberlangsungan usaha di tengah tekanan kinerja industri penerbangan di masa pandemi ini,” katanya, Jumat (10/9).

Bisnis Pengiriman Barang Meningkat

Di luar soal upaya restrukturisasi, Garuda Indonesia juga menyampaikan bahwa salah satu lini bisnisnya, yakni layanan pengiriman barang melalui aplikasi KirimAja, mencatatkan performa baik. Bisnis layanan pengiriman barang ini sudah dirilis Garuda sejak pertengahan 2020.

Menurut Irfan, pasar "KirimAja" tengah bertumbuh dengan solid. Jumlah transaksi sepanjang semester I-2021mencapai 140 ribu. Angka tersebut meningkat signifikan dibandingkan catatan transaksi pengiriman barang tahun sebelumnya yang mencapai 89 ribu transaksi.

Jaringan pengiriman barang aplikasi perusahaan telah menjangkau ke lebih dari 4.000 kecamatan di seluruh Indonesia. Ke depan perusahaan memproyeksikan jangkauan pengiriman barang akan semakin luas dengan ditunjang oleh strategi ekspansi jaringan penerbangan.

"Dengan pertumbuhan transaksi yang sebagian besar didominasi oleh sektor UMKM nasional, kami tentunya optimistis layanan pengiriman barang berbasis KirimAja ke depannya dapat semakin mengukuhkan visinya untuk terus tumbuh bersama dengan pelaku industri lokal", katanya.

Demi terus menembuhkan bisnis pengiriman barang, perusahaan meluncurkan fitur pick-up yaitu layanan penjemputan barang langsung ke konsumen. Layanan ini memungkinkan pengiriman barang secara langsung dengan dijemput oleh kurir pada alat pengiriman dan kemudian dilanjutkan dengan proses pengiriman ke tujuan. Pada tahap awal, layanan akan difokuskan pada wilayah DKI Jakarta, Tangerang dan sekitarnya.

Laporan keuangan terakhir perusahaan menunjukkan, Garuda Indonesia hanya meraih pendapatan US$696,8 juta pada semester I tahun ini. Ketimbang US$917,3 juta yang didapatkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), persentasenya turun 24,0 persen.

Secara terperinci, pendapatan Garuda dari segmen penumpang turun 40,5 persen menjadi US$375,3 serta pendapatan lain-lain juga menurun 32,2 persen. Namun, Garuda masih mencatatkan kenaikan pendapatan dari layanan charter sebesar 93,2 persen menjadi US$41,6 juta dan pendapatan kargo dan dokumen juga tumbuh signifikan 51,7 persen.

Perusahaan dengan kode emiten GIAA ini masih membukukan rugi tahun berjalan mencapai US$901,7 juta. Rugi maskapai pelat merah ini membengkak dari periode yang sama pada 2020, yang mencapai US$723,3 juta.

Related Topics