BUSINESS

Indosat dan Tri Resmi Merger, Nilai Transaksi Mencapai Rp87 triliun

Entitas merger akan bernama PT Indosat Ooredoo Hutchist Tbk

Indosat dan Tri Resmi Merger, Nilai Transaksi Mencapai Rp87 triliunShutterstock/Hendrick Wu
17 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indosat Ooreedoo dan Tri Indonesia resmi melakukan merger atau penggabungan usaha. Merger dua operator telekomunikasi ini memiliki nilai transaksi mencapai US$6 miliar atau setara Rp87 triliun.

Keputusan tersebut diumumkan oleh induk masing-masing perusahaan, Kamis (16/9) malam. Indosat merupakan perusahaan di bawah kendali Ooredoo Q.P.S.C asal Doha, Qatar. Sedangkan, Tri Indonesia melalui PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) dikendalikan oleh CK Hutchison Holdings Limited atau CK Hutchison asal Hongkong.

Berdasarkan keterangan pers yang disampaikan kedua belah pihak, perusahaan gabungan Indosat dan Tri akan diberi nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. Penggabungan kedua entitas ini disebut-sebut akan menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia.

Perusahaan gabungan tersebut diperkirakan akan memiliki potensi pendapatan tahunan mencapai US$3 miliar atau Rp43,5 triliun. Perusahaan juga menyebut merger akan berujung efektivitas dalam skala dan kemampuan keuangan serta keahlian untuk bersaing.

Menurut Managing Director of Ooredoo Group, Aziz Aluthman Fakhroo, kesepakatan merger akan membentu perusahaan untuk berfokus dalam menyelesaikan transaksi serta bekerja sama dengan CK Hutchison. Apalagi, target perusahaan adalah membangun perusahaan telekomunikasi digital kelas dunia di Indonesia.

“Perusahaan gabungan akan membawa nilai dan keuntungan yang signifikan bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham Indosat Ooredoo dan Ooredoo Group, pelanggan, karyawan, dan seluruh masyarakat Indonesia,” kata Aziz.

Group Co-Managing Director of CK Hutchison Holdings, Canning Fok, menambahkan bahwa merger akan menjadi lebih kuat dengan spektrum jaringan yang semakin luas serta pembiayaan yang efisien. Harapannya, pemerintah dapat terbantu dalam mempercepat upaya pembangunan jaringan demi agenda digitalisasi.

Menurut Canning, salah satu bidikan perusahaan adalah membawa layanan 5G yang inovatif ke Indonesia. Perusahaannya telah banyak berinvestasi dan mengoperasikan bisnis telekomunikasi di 12 pasar di berbagai belahan dunia. Banyak di antaranya sukses menggelar jaringan 5G.

Proses Merger

Indosat saat ini masih dikendalikan Ooredoo Group lewat Ooredoo Asia dengan kepemilikan saham mencapai 65 persen. Itu artinya Ooredoo Group sampai saat ini masih menjadi pengendali utama.

Menurut keterangan pers, penggabungan Indosat dan Tri akan menyebabkan CK Hutchison menerima saham baru di Indosat Ooredoo hingga 21,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison. Pada saat yang sama, PT Tiga Telekomunikasi akan menerima saham baru Indosat Ooredoo hingga 10,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison.

Seiring proses merger, CK Hutchison akan mendapatkan 50 persen saham dari Ooredoo Asia dengan menukar 21,8 persen sahamnya di Indosat Ooredoo Hutchison untuk 33 persen saham di Ooredoo Asia. Kemudian, CK Hutchison juga akan mendapatkan tambahan 16,7 persen kepemilikan di Ooredoo Group. Pada akhir transaksi, Indosat Ooredoo Hutchison akan dikendalikan secara bersama-sama oleh Ooredoo Group dan CK Hutchison.

Perusahaan gabungan Indosat dan Tri Indonesia juga masih akan tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan rincian kepemilikan: pemerintah Indonesia memiliki 9,6 persen saham, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia memiliki 10,8 persen saham, dan pemegang saham publik lainnya memiliki kira-kira 14,0 persen saham. Proses penggabungan diperkirakan selesai pada akhir 2021.

Kinerja Indosat dan Tri

Lalu, bagaimana kinerja baik Indosat maupun Tri Indonesia sebelum merger? Jika melihat laporan keuangan masing-masing perusahaan, terlihat bahwa sebelum merger Indosat memiliki kinerja yang baik, sedangkan Tri Indonesia mencatatkan penurunan pendapatan.

Berdasarkan laporan keuangan Indosat, perusahaan pada sepanjang semester pertama tahun ini berhasil meraih pendapatan mencapai Rp14,9 triliun, atau tumbuh 11,4 persen dari periode yang sama 2020 (year-on-year/yoy) sebesar Rp13,5 triliun.

Jika dibedah berdasarkan segmennya, pendapatan Indosat di periode yang sama masih dikontribusikan dari pendapatan seluler Rp12,4 triliun, atau tumbuh 11,3 persen secara tahunan. Setelahnya, pendapatan dari multimedia, komunikasi, dan data internet juga naik 12,8 persen menjadi Rp2,3 triliun, dan pendapatan telekomunikasi tetap naik tipis 3,4 persen.

Perusahaan dengan kode emiten ISAT ini juga berhasil meraih laba periode berjalan mencapai Rp5,64 triliun. Angka ini berbanding terbalik dari rugi semester I-2020 sebesar Rp317,7 miliar.

Sedangkan untuk Tri Indonesia, kinerjanya dapat dilihat dari laporan keuangan CK Hutchison. Dalam laporan tersebut terlihat bahwa Tri Indonesia merupakan bagian dari Hutchison Alia Telecommunications, grup di bawah CK Hutchison. Selain Indonesia, Hutchison Asia Telecommunications juga memegang bisnis di Vietnam dan Sri Lanka.

Berdasarkan laporan keuangan tersebut, pendapatan CK Hutchison dari Indonesia pada semester pertama tahun ini mencapai Rp6,9 triliun. Angka ini turun 4,9 persen dari perolehan pendapatan periode yang sama 2020 sebesar Rp7,2 triliun. Tri Indonesia merupakan kontributor utama pendapatan grup Hutchison Asia Telecommunications dengan porsi mencapai 86,4 persen.

Di tengah kabar merger, saham Indosat pada perdagangan Jumat (17/9) ini ditutup melemah ke posisi Rp6.900 per saham, atau turun 3,2 persen. Namun, saham ISAT secara year-to-date/ytd sudah naik sebesar 18,97 persen dari posisi awal tahun sekitar Rp5.800 per saham.

Related Topics