Mengenal Rasio Solvabilitas dalam Bisnis: Arti dan Fungsi
Rasio solvabilitas jadi petunjuk kemampuan membayar utang.
27 October 2022
Jakarta, FORTUNE – Perusahaan yang memiliki kinerja baik tidak hanya diukur dari performa pendapatan maupun labanya. Dalam menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan, kemampuan untuk membayar kewajiban menjadi salah satu faktor yang mesti diperhitungkan.
Nah, kesanggupan perusahaan untuk melunasi utangnya inilah yang disebut dengan rasio solvabilitas. Bahkan, rasio tersebut menjadi tolok ukur untung atau bangkrutnya suatu perusahaan, demikian laman Sampoerna University.
Pemberi pinjaman atau kreditur menggunakan rasio solvabilitas sebagai metrik utama untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, termasuk utang jangka panjang.
Rasio sama menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh pinjaman. Di sisi lain, indikator tersebut turut menunjukkan apakah arus kas perusahaan cukup untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.
Rasio solvabilitas yang tidak menguntungkan menyiratkan kemungkinan bahwa perusahaan akan gagal membayar kewajiban utangnya, sebagaimana dilansir dari laman jurnal.id.
Manfaat rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas terkadang dianggap mempersulit pengembangan bisnis, menurut laman Majoo. Namun, bila ditilik secara lebih mendalam, perhitungan tersebut justru mencegah bisnis dari kesulitan melunasi kewajibannya pada masa mendatang.
Berkat perhitungan solvabilitas, perusahaan bisa mengetahui jumlah pinjaman yang diperlukan serta dapat diselesaikan oleh perusahaan. Itu pada gilirannya memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dalam jangka panjang.
Jadi, solvabilitas adalah aspek penting untuk perusahaan menghindari kesulitan penyelesaian utang. Secara mendetail, berikut sejumlah tujuan atau manfaat rasio solvabilitas.
- Menjelaskan posisi serta kondisi bisnis kepada kreditur atau pemberi pinjaman.
- Menilai kapabilitas perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban beserta bunganya pada masa mendatang
- Melihat keseimbangan aset tetap terhadap modal perusahaan.
- Menilai perusahaan berdasarkan aset yang dibiayai utang.
- Mengetahui pengaruh utang terhadap manajemen aset perusahaan.
- Mengevaluasi jumlah utang saat jatuh tempo yang dibandingkan dengan modal dimiliki perusahaan.
- Menilai jumlah jaminan utang jangka panjang berdasarkan modal yang bernilai uang dari perusahaan itu sendiri.
Jenis-jenis rasio solvabilitas
Setelah membahas pengertian solvabilitas dan tujuan perhitungannya, di bawah ini merupakan jenis-jenis rasio solvabilitas. Berikut penjelasannnya, seperti dilansir dari laman OCBC NISP.
- Debt to Asset Ratio
Debt-to-asset ratio (D/A Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban yang belum dibayar dan total aset perusahaan saat ini.
Adapun aset yang dihitung ini termasuk aset tidak lancar seperti mesin/bangunan dan aset lancar seperti kas/uang tunai/tabungan bank nondeposito.
- Debt to Equity Ratio
Rasio ini adalah perbandingan jumlah kewajiban dengan total modal operasional bisnis, atau ekuitas.
Jika rasio utang perusahaan lebih besar dari modal operasionalnya, itu menyiratkan solvabilitas perusahaan yang bermasalah.
- Leverage Ratio/Debt to Capital Ratio
Leverage ratio memiliki nama lain debt-to-capital ratio (D/C ratio). Jenis solvabilitas ini merupakan perbandingan dari jumlah utang dengan total kekayaan perusahaan baik yang sudah diubah menjadi aset atau valuasi saham.
Perbedaan solvabilitas, likuiditas, dan viabilitas
Dalam bisnis, terdapat beberapa indikator, seperti solvabilitas, serta beberapa metrik lain, seperti likuiditas. Ketiganya tentu saja berbeda secara pengertian, namun secara umum merupakan indikator yang menunjukkan kondisi kesehatan suatu bisnis.
Seperti disinggung di awal, solvabilitas pada dasarnya adalah perbandingan jumlah utang perusahaan dengan aktiva atau aset.
Sementara itu likuiditas merupakan perbandingan berapa banyak aset lancar atau kas yang dipunyai perusahaan ketimbang aset tak lancarnya.
Yang terakhir viabilitas, yakni rasio antara solvabilitas dan likuiditas.
Untuk menilai sebuah perusahaan sehat, dapat dilihat dari tingkat likuiditasnya yang minimal setara dengan tingkat solvabilitas.
Pasalnya, jika solvabilitas suatu perusahaan lebih tinggi dari likuiditasnya, itu menyiratkan kondisi perusahaan tersebut yang tidak baik-baik saja. Dengan begitu, perusahaan tersebut membutuhkan pembentukan struktur ulang neraca atau strategi keuangan lain.
Related Topics
Related Articles
Most Popular