BUSINESS

Pabrik-pabrik Mulai Menggeliat, Industri Ditaksir Tumbuh 5% pada 2022

Industri manufaktur masih berperan penting ke ekonomi.

Pabrik-pabrik Mulai Menggeliat, Industri Ditaksir Tumbuh 5% pada 2022Sejumlah pekerja menata kain sarung di industri kain sarung Asaputex, Tegal, Jawa Tengah, Senin (27/12/2021). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.

by Luky Maulana Firmansyah

30 December 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Memasuki tahun kedua pandemi, industri manufaktur atau pengolahan Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Pemerintah pun optimistis sektor usaha ini akan berkinerja positif.  

“Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4-4,5 persen 2021 ini, dan sebesar 4,5-5 persen pada tahun 2022,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya pada Rabu (29/12).

Optimisme Menperin bertolak dari kinerja manufaktur yang lambat laun pulih. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh 3,68 persen setahunan (year-on-year/yoy). Sektor usaha ini bahkan sempat tumbuh 6,58 persen pada kuartal kedua tahun sama. Pada 2020, industri manufaktur terkoreksi 2,93 persen

Sektor pengolahan juga masih menopang perekonomian dengan sumbangan 17,33 persen, tertinggi dari sejumlah sektor ekonomi lainnya, katanya. Menurut Agus, industri manufaktur konsisten berperan penting dalam menggerakkan perekonomian. 

“Bahkan, kami dapat menyatakan bahwa industri manufaktur merupakan pendorong utama Indonesia untuk keluar dari resesi (pertumbuhan ekonomi negatif),” ujarnya.

Saat ini pabrik-pabrik manufaktur juga tengah menggeliat. Berdasarkan data IHS Markit, angka Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 53,9—mengindikasikan industri tengah ekspansif. 

Sejumlah tantangan

Pemulihan industri memang masih menyisakan sejumlah tantangan. Menperin telah mengindentifikasi sejumlah faktor penghambat, seperti: disrupsi rantai pasok, kelangkaan kontainer, dan ketergantungan terhadap impor bahan baku serta penolong.

Demikian juga pada kondisi penyebaran varian COVID-19 Omicron. Karena itu, perlu ada usaha mitigasi terkait dampaknya terhadap industri. “Kami juga mengkaji untuk adanya usulan pemberian insentif baru bagi sektor industri tertentu agar daya saing industri meningkat,” ujarnya.

Menurut Agus, kementeriannya telah menyiapkan sejumlah program demi mendukung iklim pemulihan industri. Misalnya, working group di agenda Presidensi G20 yang secara khusus membahas isu industri. Ada juga inisiatif pembangunan Indonesia Manufacturing Center (IMC), demi menjembatani kesenjangan permintaan dan suplai soal permesinan.

Selain itu, sebagai ikhtiar dalam meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, pada 2022, Kemenperin akan kembali memberikan fasilitasi sertifikasi TKDN secara gratis kepada berbagai sektor, seperti alat kesehatan, farmasi, permesinan, elektronika, dan lainnya. Fasilitasi sertifikasi tersebut akan diberikan sekurang-kurangnya untuk 1.250 sertifikat produk.