BUSINESS

Kurir Tanpa Karier, Satu Kerikil di Industri Logistik

Di balik potensi bisnis logistik, nasib kurir dipertanyakan.

Kurir Tanpa Karier, Satu Kerikil di Industri LogistikIlustrasi kurir logistik. (Shutterstock/Fresh Stocks)
04 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - “Paket!” Barang kali, Anda tengah menunggu seruan itu datang ketika sedang membaca artikel ini. Bagai mantra ajaib, kata itu akan membuat kaki bergerak menghampiri sang penyeru; kurir ekspedisi logistik.

Pernahkah Anda membayangkan berapa banyak paket yang harus dikirim oleh kurir-kurir logistik setiap hari? Terutama, di momen peak season seperti Idulfitri saat ini.

Fakhruddin atau Udin rata-rata bisa mengantar 30-40 paket per jam. Pemuda 23 tahun itu mengawali hari dengan menyortir paket di pool sesuai jangkauan operasinya di bilangan Jakarta Selatan. Hampir lima tahun menjelajah wilayah itu, ia bisa mengantar 100 paket per hari dengan mudah.

Hanya mendapat jatah libur sehari dalam sepekan, tiap bulan ia bisa mengantar sekitar 2.600 paket. Angka itu bisa meroket pada waktu tertentu, seperti Ramadan atau pesta diskon akhir tahun. “Ambil contoh di 12.12 kemarin, saya antar 5.000-an paket dalam sebulan,” kata kurir J&T Express ini kepada Fortune Indonesia (22/3).

Hal senada diungkapkan oleh Bayu (bukan nama sebenarnya) yang merupakan kurir kontrak Anteraja di Kawasan Tomang, Jakarta Barat. Sang induk, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menargetkannya menangani setidaknya 120 paket per hari, baik pick up maupun delivery.

Lembaga riset Ken Research memproyeksikan, pasar logistik nasional bisa melampaui US$94 miliar pada 2025. Secara keseluruhan, para pengantar paket itu punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan tersebut.

Nasib karier para kurir

Ilustrasi Paket Anteraja.
Dok. Anteraja.id

Meski memiliki peran penting dalam kemajuan dunia e-commerce dan logistik, nasib kurir logistik tidak seindah yang dibayangkan. Perjalanan ke berbagai lokasi dengan paket yang membumbung tinggi di atas motor belum sejalan dengan karier yang mereka miliki.

Mereka umumnya bekerja dengan sistem kontrak. Ada juga yang hanya berstatus mitra dengan bayaran per paket, tanpa jaminan sosial.Setelah bertahun-tahun berkinerja baik, mereka akan beruntung jika bisa diangkat sebagai karyawan tetap—meski tugasnya masih mengantar barang.

Kurir seperti Udin dan Bayu tak berharap banyak. Asal tak tiba-tiba diputus kontrak pun sudah senang. “Apalagi zaman sekarang cari kerja susah, apa-apa mahal. Belum lagi saya tulang punggung juga, masih ada orang tua keluarga dan adik-adik yang harus dibiayai, dan ada rencana menikah dalam waktu dekat,” kata Bayu kepada Fortune Indonesia beberapa waktu lalu.

Sebagai pegawai kontrak, Bayu menerima gaji bulanan. Kontraknya dievaluasi tiap tahun dengan melihat absensi, capaian target delivery dan pick up, serta kedisiplinan. Jika kinerja kurang baik, kontrak tidak diperpanjang. Perusahaan lantas menurunkan status dari kontrak menjadi mitra.

“Karyawan kontrak mendapat gaji pokok dan wajib mengumpulkan 2.500 poin jika ingin mendapat bonus. Sedangkan mitra ada hitungan komisi per paket, tapi saya enggak tahu berapa,” ceritanya.

Tantangan bagi kurir

Ilustrasi pengiriman cepat.
Ilustrasi pengiriman cepat. (ShutterStock/blurAZ)

Related Topics