BUSINESS

Upaya Ritel Kembali Tumbuh, Gandeng Microsoft sebagai Mitra

Akselerasi digital menjadi salah satu kunci untuk bertahan.

Upaya Ritel Kembali Tumbuh, Gandeng Microsoft sebagai MitraGedung Microsoft. (Pixabay/efes)

by Tanayastri Dini Isna KH

11 November 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sebagai salah satu yang begitu terpukul oleh pandemi COVID-19, sektor ritel mesti mencari cara untuk tetap kukuh. Berkaca dari pergeseran tren bisnis dan perilaku konsumen, akselerasi digital menjadi sebuah kunci yang diharapkan mampu membantu industri itu kembali tumbuh.

Mengutip laporan Panduan untuk Ritel dan UMKM Modern Indonesia dari Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) dan Microsoft, interaksi jarak jauh mereka mencakup kegiatan berupa berburu kebutuhan, transaksi, menerima barang, dan konsumsi. 

Itu setidaknya membuat 20 persen bisnis kecil dan menengah meluncurkan inovasi digital. “Bisnis kecil dan menengah melihat transformasi digital penting bagi bisnis mereka untuk bertahan dan berkembang di era normal yang baru,” ujar Group Head SME Banking, DBS, Joyce Tee, dikutip dari laporan itu, Kamis (11/11).

Perubahan Dasar Konsumen di Indonesia

Secara dasar, ada lima perubahan perilaku konsumen Indonesia, menurut riset McKinsey (2020) bertajuk Indonesian Consumer Sentiment During the Coronavirus Crisis. Berikut perinciannya.

- Beralih ke produk esensial

Para konsumen menghemat kebutuhan nir-esensial hingga 40 persen, seperti berwisata dan fesyen. Mereka mengalihkannya ke kebutuhan harian.

- Bergeser ke digital dan omnichannel

Bergesernya penjualan ke platform digital terus berjalan dengan naiknya pengeluaran daring hingga 60 persen—bahkan hingga pandemi selesai.

- Bertaruh pada loyalitas

90 persen konsumen menjajal beragam pengalaman belanja baru dengan alasan harga, kenyamanan, dan ketersediaan merek.

- Menghindari kontak langsung

78 persen konsumen enggan beraktivitas di luar rumah, kecuali untuk membeli kebutuhan harian.

- Pengurangan pengeluaran ketika liburan

86 persen berniat menekan pengeluaran ketika berlibur, lalu beralih ke belanja daring.

Personalisasi adalah Kunci

Asal tahu saja, konsumen di masa kini mementingkan personalisasi dalam berbelanja. Menurut studi Accenture (2019), 73 persen konsumen rela membagikan data personal asal merek menjelaskan penggunaannya.

51 merek pelanggan akan melepaskan merek akibat kekurangan personalisasi. Terlebih, 87 persen konsumen menilai, berbelanja di merek yang mengenal mereka itu penting.

Di sisi lain, merek juga harus tahu diri, mengingat 69 persen konsumen mengaku akan menyetop hubungannya dengan bisnis tertentu bila terlalu personal.