FINANCE

Alasan BI Naikkan Suku Bunga Jadi 4,75%: Inflasi Membubung Tinggi

Inflasi September mencapai 5,95 persen yoy.

Alasan BI Naikkan Suku Bunga Jadi 4,75%: Inflasi Membubung TinggiSejumlah pedagang menata sayur dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (2/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
25 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pekan lalu Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Keputusan bank sentral ini demi merespons tren inflasi di dalam negeri yang membubung tinggi.

“Ini sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam keterangan yang dikutip Selasa (25/10). Menurutnya, bank sentral berupaya memastikan inflasi ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada paruh awal 2023.

Menurut catatan bank sentral, inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada September 2022 mencapai 5,95 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dan lebih tinggi ketimbang 4,69 persen inflasi pada bulan sebelumnya. Penyesuaian harga bahan bakar (BBM) ditengarai menjadi penyebab kenaikan inflasi.

Secara terperinci, inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) mencapai 9,02 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dan inflasi kelompok harga diatur pemerintah sekitar 13,28 persen. Adapun inflasi inti mencapai 3,21 persen.

Menurut Perry, di tengah ekspektasi inflasi Consensus Forecast yang terlalu tinggi, survei pemantauan harga (SPH) hingga minggu kedua menunjukkan inflasi pada Oktober diperkirakan lebih rendah dibandingkan September 2022.

Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memandang inflasi 2022 akan lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal, meski masih di atas sasaran 3 persen plus minus 1 persen. “Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” ujarnya.

Nilai tukar

source_name

Pada saat bersamaan, BI memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat sejumlah masalah seperti apresiasi dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Nilai tukar rupiah sampai dengan 19 Oktober 2022 terdepresiasi 8,03 persen ytd dibandingkan dengan level akhir 2021.

Depresiasi tersebut, kata Perry, sejalan dengan menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara. Itu terutama dipengaruhi AS yang merespons tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

“BI terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi,” ujarnya.

Tantangan bank sentral

Penjual melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/12/2021). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.
Penjual melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/12/2021). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.

Related Topics