FINANCE

BPS: Sepanjang 2021, Petani Perkebunan Paling Sejahtera

Nilai tukar petani perkebunan unggul dibanding lainnya.

BPS: Sepanjang 2021, Petani Perkebunan Paling SejahteraPekerja di perkebunan kelapa sawit sedang memanen buah sawit, untuk diproses lebih lanjut dikirim ke pabrik kelapa sawit, Kalimantan Timur, 13 Maret 2019.
03 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indikator nilai tukar petani (NTP) Indonesia terus membaik hingga akhir 2021. Petani perkebunan lagi-lagi memperoleh NTP tertinggi dibandingkan sektor lainnya.

Dalam konferensi pers pada Senin (3/1), Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan NTP pada Desember 2021 mencapai 108,34, atau naik 1,08 persen dibandingkan 107,18 pada bulan sebelumnya. Angka NTP bulan lalu juga lebih tinggi dari 103,25 pada Desember 2020.  

NTP merupakan indikator yang mengukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai NTP di atas 100 mengindikasikan petani memiliki pendapatan lebih besar ketimbang pengeluarannya. Sebaliknya, posisi NTP di bawah 100 mengindikasikan adanya kesulitan lantaran pendapatan yang lebih kecil dari pengeluaran.

Berdasarkan data BPS, pada Desember 2021 indeks harga yang diterima petani mencapai 118,23. Sedangkan, indeks harga yang dibayar petani 109,12.

“Penyebab indeks harga yang diterima petani meningkat kalau dilihat dari komoditasnya adalah adalah karena meningkatnya harga gabah, cabai rawit, kelapa sawit, dan jagung. Sementara indeks yang dibayar petani juga meningkat itu disebabkan karena meningkatnya harga cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras, dan beras,” ujarnya.

Perkebunan juara

NTP naik hampir di semua subsektor. NTP tanaman perkebunan rakyat, misalnya, tumbuh 0,91 persen menjadi 131,46. NTP perkebunan juga menjadi tertinggi dibanding lainnya. Sebagai perbandingan, NTP tanaman pangan pada periode sama hanya 99,88, hortikultura 102,70, peternakan 99,77, dan perikanan 105,90.

Menengok ke belakang, NTP perkebunan sepanjang 2021 selalu lebih unggul dibandingkan lainnya. Dengan kata lain, tingkat kesejahteraan petani perkebunan pada kurun sama lebih baik dibandingkan subsektor lainnya.

NTP perkebunan di atas 100 juga sudah terjadi sejak Juli 2020. Kalau itu, NTP baru mencapai 100,19. Nilai NTP yang konsisten di atas 100—bahkan terus naik hingga saat ini—juga mengindikasikan kenaikan daya beli petani perkebunan.

Petani perkebunan lebih sejahtera kemungkinan karena harga komoditasnya tengah melonjak. Ambil misal kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Berdasarkan data Trading Economics, pada akhir Desember 2021 harga CPO mencapai 4.702 ringgit per ton, atau naik 30,2 persen dari periode sama 2020.

Harga tandan buah segar sawit naik

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung, mengatakan selama 2021 kesejahteraan petani meningkat terindikasi dari harga tandan buah segar (TBS) yang naik 42,47 persen setahunan. Harga TBS tertinggi ada di Riau yakni mencapai Rp3.500 per kg.

“Pemerataan harga TBS di seluruh provinsi di Indonesia yang termungkinkan karena adanya pengawalan oleh pengurus DPW Apkasindo di setiap rapat penetapan harga yang diadakan oleh Dinas Perkebunan atau Dinas Kehutanan di masing-masing provinsi,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (1/1), seperti dikutip dari Antara

Meski demikian, pada semester II-2021, petani CPO dikejutkan oleh kenaikan harga pupuk hingga 100 persen. Hal itu sangat mempengaruhi harga produksi petani. Pada gilirannya, dampaknya adalah penyesuaian atau penundaan pemupukan dengan imbas penurunan produksi TBS pada 2022.

Related Topics