FINANCE

Mendag Zulhas: Inflasi Indonesia Termasuk Rendah Ketimbang Negara Lain

Inflasi Indonesia lebih rendah dari kawasan Asia.

Mendag Zulhas: Inflasi Indonesia Termasuk Rendah Ketimbang Negara LainMenteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat menggelar operasi pasar di hari pertama kerjanya sebagai Mendag di Pasar Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (16/6). (Eko Wahyudi/FORTUNE Indonesia).
20 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi di Indonesia termasuk rendah ketimbang sejumlah negara, menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas. 

“Itu termasuk paling rendah di dunia karena memang ada 20 negara lebih yang memboikot, tidak boleh jual pangannya. Ditambah (konflik) berkepanjangan Rusia dan Ukraina kan, sehingga harga pangan dunia naik,” katanya dikutip Antara, Senin (20/6).

Menurut data dari Bank Pembangunan Asia (ADB), inflasi Indonesia tahun ini ditaksir mencapai 3,6 persen, atau lebih rendah dari perkiraan indeks harga kawasan Asia yang sebesar 3,7 persen. Sebagai misal, inflasi di India diperkirakan sekitar 5,8 persen, Pakistan 11,0 persen, Sri Lanka 13,3 persen, Myanmar 8,0 persen, dan Kamboja 4,7 persen.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), indeks harga konsumen bulan lalu mencapai 3,55 persen secara tahun ke tahun (year-on-year/yoy). Angka tersebut naik dari 1,68 persen pada periode sama tahun sebelumnya.

Pemerintah berikhtiar mengendalikan inflasi domestik agar tidak terdampak volatilitas harga pangan dan energi di tingkat global, kata Zulhas. Sejumlah komoditas seperti kedelai dan jagung telah mendapat subsidi. Di sisi lain, beberapa komoditas, seperti cabai keriting dan cabai merah, mengalami kenaikan karena faktor musiman.

“Misalnya, kedelai itu disubsidi Rp1.000 per kilogram. Lalu, pakan ternak jagung itu juga dapat subsidi Rp1.500 per kilogram. Beras juga kalau ada kenaikan, kalau belum turun juga subsidi ya,” ujarnya.

Stabilitas harga

Sejumlah pedagang menata sayur dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (2/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengingatkan jajarannya untuk menjaga ketersediaan stok dan stabilitas harga pangan. Sebab, menurut Presiden, rantai pasok pangan dunia tengah tertekan usai 22 negara menghentikan ekspor komoditas pangan.

Puluhan negara menghentikan ekspor komoditas ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, serta sebagai respons atas krisis geopolitik di Eropa Timur, kata Jokowi. India, misalnya, menangguhkan ekspor gandum untuk melindungi kebutuhan dalam negeri dan menekan inflasi pangan.

“Hati-hati yang namanya urusan pangan, produksi pangan,” kata Presiden Jokowi, Sabtu (11/6).

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi yang diukur dari IHK pada 2022 akan mencapai 4,2 persen. “Namun inflasi inti dan ekspektasi inflasi masih bisa terkendali di dalam kisaran 2 persen sampai empat persen pada tahun ini dan tahun depan,” ujar Perry, seperti dilansir dari Antara.

Menurutnya, proyeksi inflasi itu menjadi petunjuk akan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter yang kuat. Kebijakan fiskal, misalnya, memungkinkan tidak semua kenaikan harga energi dan komoditas berdampak ke inflasi. Di sisi lain, bank sentral turut berpartisipasi dalam pembiayaan anggaran tahun ini.

Perkara inflasi terutama di negara maju memang tengah disorot. Tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) bulan lalu mencapai 8,6 persen, sedangkan indeks harga di Uni Eropa sekitar 8,1 persen. Kondisi tersebut memicu bank sentral menyesuaian kebijakan suku bunga acuan. Bank sentral AS, misalnya, telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin demi mengendalikan inflasi.

Related Topics