Bayar Utang Pemerintah, Cadangan Devisa RI Menyusut Jadi US$139 Miliar
Tren penyusutan cadev diperkirakan berlangsung lama.
07 April 2022
Jakarta, FORTNE - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Maret 2022 turun US$2,3 miliar menjadi US$139,1 miliar atau setara Rp1.997 triliun. Posisi tersebut turun bila dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2022 sebesar US$141,4 miliar setara Rp2.030 triliun.
"Penurunan posisi cadangan devisa pada Maret 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (7/4).
Tren penyusutan cadev diperkirakan berlangsung lama
Menanggapi hal tersebut, pengamat ekonomi sekaligus Direktur of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai tren penyusutan cadangan devisa akan berlangsung lama akibat pembayaran utang untuk memenuhi pembiayaan fiskal Pemerintah.
"Apalagi melihat kebutuhan untuk subsidi energinya besar kebutuhan untuk pembangunan infrastrukturnya juga besar maka ini akan berkorelasi dengan kenaikan pembiayaan utang," jelas Bhima melalui keterangannya di Jakarta, Kamis (7/4).
Tak hanya itu, faktor kedua yang juga memengaruhi beban utang ialah volume impor yang semakin tinggi dan percepatan pembangunan infrastruktur.
"Nah sekarang proyeknya ditinjau untuk dipercepat realisasinya salah satunya kereta cepat Jakarta-Bandung yang konten impornya juga cukup tinggi sehingga itu bisa menggerus cadangan devisa," kata Bhima.
Pemerintah harus waspadai gejolak global
Selain itu, Bhima juga meminta Pemerintah untuk terus mewaspadai gejolal global agar bisa menahan penyusutan cadangan devisa.
"Jangan sampai cadangan devisa yang terus tergerus ini bisa membuat ketahanan eksternal Indonesia menjadi lemah khususnya pada saat tren kenaikan suku bunga acuan secara global," pungkas Bhima.
BI menilai posisi cadangan devisa masih terjaga
Meskipun demikian, BI menilai posisi cadangan devisa tersebut masih terjaga dan setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta cadangan devisa diniali masihvberada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Erwin.
Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.