FINANCE

Belum Ideal, Indeks Kesehatan Finansial UMKM baru 43,83

OCBC NISP luncurkan Nyala bisnis.

Belum Ideal, Indeks Kesehatan Finansial UMKM baru 43,83Ilustrasi UMKM Kerupuk. Shutterstock/Irmen Jagau
31 May 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bank OCBC NISP meluncurkan OCBC NISP Business Fitness Index 2023 yang merupakan sebuah riset yang dilakukan untuk mengukur kesehatan finansial dari suatu usaha. Dari hasil survey tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor dari seluruh skala usaha adalah 43,84, yang masih jauh dari skor ideal yaitu 75. Artinya, mayoritas UMKM Indonesia memiliki kesehatan finansial yang perlu ditingkatkan.

Meskipun saat ini kesehatan finansial mayoritas UMKM Indonesia masih belum optimal, OCBC NISP optimis dan percaya bahwa angka tersebut dapat terus ditingkatkan untuk mencapai skor ideal. Bank OCBC NISP percaya bahwa peningkatan inklusi yang diiringi dengan pembekalan bisnis yang mumpuni, UMKM Indonesia akan naik level dengan terus  adaptif, inovatif dan berdaya saing tinggi.

“Untuk itu, melalui Nyala Bisnis yang diluncurkan hari ini, kami akan terus bersinergi dalam mendukung pemberdayaan UMKM demi meningkatkan  inklusi keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Nyala Bisnis juga  merupakan salah satu inisiatif Bank dalam mendukung beragam program pemerintah dalam  rangka meningkatkan potensi UMKM di Indonesia,” ungkap Heriwan Gazali, Head of Retail Loan Business Bank OCBC NISP di Jakarta, Rabu (31/5).

Sementara itu, berdasarkan data yang terdapat dalam ASEAN Investment Report 2022 yang diterbitkan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), jumlah UMKM di Indonesia mencapai angka 65,46 juta, dan berkontribusi sebesar 60,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) serta mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.

53% UMKM belum paham pengelolaan estimasi anggaran

UMKM di sektor kriya.
UMKM di sektor kriya. (dok. BRI)

Dari riset tersebut juga ditemukan bahwa 44 persen UMKM di Indonesia masih mencampurkan keuangan pribadi dan bisnis dari sisi pengelolaan keuangan mereka. Padahal, kedua hal tersebut harusnya dipisahkan demi memudahkan mereka menjaga kondisi keuangan bisnis yang lebih sehat. Selanjutnya, 75 persen UMKM di Indonesia mengaku sudah melakukan pencatatan keuangan; namun 80 persen dari mereka masih melakukan pencatatan keuangan secara manual di zaman yang serba digital ini.  Bahkan, hanya 34 persen UMKM yang memanfaatkan produk digital untuk berbisnis dan operasional mereka.

Terkait perencanaan, sebagian besar UMKM masih perlu meningkatkan kemampuan untuk  memenuhi dan mengelola kondisi keuangan usaha. Contohnya dalam perencanaan untuk  mendapatkan dana pinjaman tunai dalam keadaan darurat. Sebab, 53 persen UMKM belum memiliki estimasi ataupun tidak paham cara membuat estimasi anggaran, pendapatan, dana  untuk usaha berjalan serta bagaimana mendapatkan dana darurat. Akibat kesadaran  perencanaan yang rendah tersebut, rata-rata UMKM Indonesia (50 persen) hanya memiliki dana  cadangan yang dapat mendukung kegiatan operasional selama 1-4 bulan.

Rendahnya intensi UMKM Indonesia untuk mengajukan pinjaman usaha disebabkan oleh akses informasi ke lembaga keuangan dan jumlah atau nilai jaminan yang terbatas. Tak hanya itu saja, masih banyaknya UMKM yang melakukan pencatatan keuangan secara tidak sistematis dan tidak rutin (52 persen) juga dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan fasilitas  kredit dari bank atau lembaga penyedia kredit lainnya.

OCBC NISP luncurkan Nyala Bisnis

Peluncuran OCBC NISP Business Fitness Index 2023/OCBC NISP

Related Topics