Jakarta, FORTUNE - Untuk menjalankan sebuah perusahaan, terdapat beberapa kewajiban yang perlu dipenuhi pelaku usaha. Kewajiban tersebut adalah membayar hutang dan membiayai segala kebutuhan operasional perusahaan.
Kedua kewajiban tersebut dikenal sebagai likuiditas. Jadi likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kewajiban, serta menunjukan posisi keuangan atau kekayaan perusahaan.
Perusahaan dengan likuiditas baik, tentu tidak akan menjadi masalah besar. Namun sebaliknya, bila perusahaan memiliki likuiditas buruk dan utang-utang jangka pendek menumpuk bisa mejadi perkara fatal yang dapat mengancam keberlangsungan usaha.
Lalu, apa itu likuiditas dan mengapa hal tersebut penting agar perusahaan bisa terus beroperasi?
Pengertian dari likuiditas
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat. Sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).
Likuiditas adalah kemudahan atau kelonggaran sebuah aset atau sekuritas bisa dikonversi atau ditukar menjadi uang tunai. Bisa dikatakan, aset yang paling likuid sebenarnya adalah uang tunai itu sendiri.
Handono Mardiyanto dalam bukunya Inti Sari Manajemen Keuangan (2009), menyebut likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan.
Fungsi likuiditas
Likuiditas suatu perusahaan yang tinggi bisa memicu daya tarik investor. Sebab, sesuatu yang positif memperlihatkan bahwa perusahaan sehat secara finansial.
Nah, berikut ini beberapa fungsi dari likuiditas perusahaan.
- Menjadi antisipator dana jika sewaktu-waktu perusahaan memiliki kebutuhan mendadak.
- Mengukur ketersediaan kas dan setara kas untuk memenuhi utang jangka pendek.
- Menjadi bahan pertimbangan apakah suatu perusahaan layak untuk menerima suntikan dana dari para pemodal.
- Menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari.
- Bagi pihak perbankan, likuiditas akan memudahkan nasabah untuk menarik dana.
- Membantu manajemen perusahaan untuk mengawasi efisiensi modal perusahaan.
- Menjadi alat bantu analisis keuangan dan menginterpretasi posisi keuangan jangka pendek perusahaan.
Contoh dari likuiditas
Likuiditas juga memiliki beberapa contoh seperti aset likuid dan tidak likuid berikut contoh-contohnya
- Uang kas atau tunai
Uang kas merupakan aset paling likuid karena memiliki keterkaitan dengan likuiditas, seluruh aset lain dinilai atas kemudahannya diubah menjadi bentuk uang tunai atau kas.
- Kas terbatas (restricted cash)
Kas terbatas merupakan setoran tunai sebagai sisihan yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi kewajiban di masa depan. Jumlah kas ini pun cukup signifikan. Meski demikian, setoran ini dianggap tak likuid apabila dibatasi dengan legal seperti kompensasi terhadap pinjaman.
- Surat berharga
Surat berharga merupakan instrumen keuangan yang bisa diperjualbelikan di pasar publik. Likuiditas surat berharga memiliki keterkaitan dengan volume perdagangan harian surat berharga tersebut.
Obligasi pemerintah yang memiliki volume perdagangan tinggi dianggap hampir likuid seperti uang tunai. Sementara itu, surat berharga yang memiliki nilai yang kecil dianggap tidak likuid.
- Barang inventaris
Aset yang meliputi inventaris, piutang, peralatan, kendaraan, dan real estat tidak dianggap likuid karena membutuhkan waktu yang lama seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun supaya dapat diubah menjadi uang tunai. Apabila terjadi tekanan keuangan, aset tersebut bisa jadi lebih sulit untuk diubah menjadi uang kas.