Kebocoran Data jadi Fokus Industri saat Menjamurnya Digital Banking
Konsumen bisa jadi sumber utama kebocoran data.
Jakarta, FORTUNE - Di tengah menjamurnya transaksi keuangan digital, isu keamanan data pribadi masih menjadi kekhawatiran di industri.
Sekjen Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Anika Faisal bahkan meyampaikan, menjaga data pribadi sama halnya dengan proses belajar mengajar yang memiliki dua sisi yang sangat terikat.
"Dengan demikian, keamanan data ini harus disadari oleh pelaku industri maupun konsumen dari industri keuangan," kata Anika saat ditemui di Perbanas Institute Jakarta, Jumat (9/9).
Dalam arti lain, konsumen juga harus meningkatkan literasi keuangan agar tidak terjebak pada tindak kejahatan di industri keuangan.
71 persen masyarakat Indonesia pilih bertransaksi secara digital
Berdasarkan temuan Entrust dalam laporan The Great Payments Disruption yang dirilis pada tahun 2022, sebanyak 75 persen nasabah bank di Indonesia mempertimbangkan untuk melakukan aktivitas perbankan tanpa harus pergi ke kantor cabang (branchless).
Dari angka tersebut, 71 persen dalamnya di memilih bertransaksi secara digital melalui aplikasi perbankan di ponsel atau tablet untuk menunjang aktivitas perbankannya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perbanas Institute, Harya Damar Widiputra menyampaikan, saat ini perbankan sedang bertransformasi menjadi digital mengikuti keinginan nasabah.
"Bangunan fisik banknya itu akan ditingglkan tapi layanan perbankannya itu tidak akan pernah hilang selama dunia ini masih ada, ya itu akan dibutuhkan," kata Harya.
Konsumen bisa menjadi sumber kebocoran data
Harya juga menyampaikan, konsumen bisa menjadi sumber kebocoran data pribadi. Hal tersebut akibat kurangnya literasi keuangan.
Sebab menurutnya, teknologi keamanan data di Indonesia sudah mumpuni dan lengkap. Di sisi regulasi juga telah distandarisasi sedemikian rupa untuk melindungi keamanan data konsumen.
"Jadi selalu ada entah kebocoran dari orang dalam, jadi weakest pointnya selalu ada di manusia, termasuk nasabah. Misalnya seperti memberi tahu password akunnya tanpa sadar. Kebanyakan dari kita kan pasti punya akun bank lebih dari satu, tapi pin atau passwordnya sama semua itu, maka kalau bocor satu ya bisa bocor semua," ucap Harya.
Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi digital banking meningkat 27,82 persen (yoy) menjadi Rp4.359,7 triliun sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat.