FINANCE

Perbankan telah Kucurkan US$55,6 Miliar Pembiayaan Berkelanjutan

Perbanas: perbankan miliki ruang terbitkan surat utang ESG.

Perbankan telah Kucurkan US$55,6 Miliar Pembiayaan BerkelanjutanKetua Perbanas sekaligus Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo
18 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, perbankan nasional terus mendorong pembiayaan hijau berbasis Environmental, Sosial, Governance (ESG). 

Kartika bahkan mengungkapkan, nilai pembiayaan berkelanjutan bank nasional beserta asetnya hingga saat ini telah mencapai US$55,6 miliar atau setara Rp806,65 triliun. 

"Bank-bank di Indonesia dan institusi finansial lainnya bisa menjadi lebih aktif dan produktif dalam pengembangan dan penawaran produk berkelanjutan untuk memenuhi sisi permintaan dan suplai,” kata Kartika melalui konfrensi video di Agenda G20 Financial Track, Kamis, (18/2).

Pembiayaan ESG global tumbuh kuat saat pandemi

Pria yang akrab dipanggil Tiko ini menyampaikan, saat pandemi penerbitan surat utang berbasis ESG di global terus bertambah pesat. 

Tiko menjelaskan, penerbitan ESG bonds secara global pada 2020 tercatat mencapai US$698,7 miliar setara Rp10.019 triliun naik dari tahun sebelumnya yang hanya US$358,3 miliar atau setara Rp5.138 triliun. 

"Pentingnya isu-isu ESG yang ikut mendorong lembaga keuangan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan, lingkungan, dan begitu juga masalah sosial lainnya,” kata Tiko. 

Perbanas: perbankan miliki ruang besar untuk terbitkan surat utang ESG global

Di sisi lain, menurutnya perbankan masih memiliki ruang lebar untuk surat utang berkelanjutan secara global. Perbanas mencatat, surat utang berkelanjutan global yang diterbitkan oleh penerbit Indonesia baru mencapai US$2,2 miliar atau Rp31,6 triliun. 

Tiko yang juga menjabat Wakil  Menteri BUMN ini menjelaskan, penerbitan surat utang hijau domestik baru mencapai US$35,12 juta atau Rp350 miliar.  “Kami ingin melihat lebih banyak penerbitan yang terkait dengan EFG (environtmental, social, and governance) di masa depan untuk menyesuaikan kebutuhan keuangan berkelanjutan di pasar Indonesia,” jelas Tiko. 

Related Topics