FINANCE

Persentase Distribusi Kartu Contactless Visa di Indonesia sudah 30%

500.000 mesin EDC sudah bisa menerima pembayaran contactles.

Persentase Distribusi Kartu Contactless Visa di Indonesia sudah 30%Ilustrasi Visa Contactless/Shutterstock Alexandru Nika
10 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan teknologi pembayaran global PT Visa Worldwide Indonesia (Visa Indonesia) mencatat tren pembayaran nirsentuh atau contactless di Indonesia kian meningkat seiring dengan mulai pulihnya pariwisata dan mobilitas masyarakat. Seperti kita ketahui, Visa telah lama memiliki fitur pembayaran nirsentuh pada produk kartu kredit maupun kartu debit bertanda Visa.

Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman mengungkapkan, jumlah peredaran kartu Visa nirsentuh di Indonesia mencapai 30 persen dari keseluruhan kartu beredar berlogo Visa. “Kalau yang contactless itu kita bisa bilang, Saya mungkin tidak bisa sebut jumlahnya, tapi prosentasenya itu sekitar 30 persen sudah contectless,” jelas Riko melalui konferensi video di Jakarta, Jumat (10/6).

500 Ribu mesin EDC sudah bisa menerima pembayaran contactless

Tak hanya dari sisi jumlah kartu, Riko mengatakan, untuk mendukung sistem pembayaran digital, seluruh elemen pembayaran juga harus dilengkapi termasuk pada merchant hingga mesin Electronic Data Capture (EDC) juga harus diperbarui.

Riko mengungkapkan, dari total sebaran mesin EDC Visa di Indonesia yang mencapai 1,4 juta, 500 ribu di antaranya sudah bisa menerima pembayaran contactless. Riko menambahkan, fitur nirsentuh ini sangat berguna untuk di merchant yang membutuhkan waktu singkat agar tidak terjadi antrean.

“Sebenernya tidak semuanya harus contactless, karena yang penting adalah di tempat-tempat yang memerlukan transaksi sangat cepat seperti di supermarket, coffee shop seperti di Starbucks,” kata Riko.

Segmen pariwisata sudah berangsur pulih dari pandemi

Tak hanya itu, Visa juga mengungkapkan temuan bahwa masyarakat menginginkan perjalanan wisata yang mudah dan bebas repot dan responden yang menjadikannya sebagai kebutuhan utama sebesar 21 persen. Hal tersebut terungkap dalam Studi Global Travel Intentions 2021 .

Sejalan dengan ini, perjalanan domestik menurut Riko juga mengalami pertumbuhan sementara perjalanan internasional belum pulih dikarenakan adanya pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah, serta aturan karantina di negara-negara tujuan yang studi ini lakukan.

 “Visa melakukan studi Global Travel Intentions ini untuk memahami preferensi perjalanan konsumen saat dunia berangsur pulih dari pandemi. Temuan ini menunjukkan kerinduan masyarakat Indonesia untuk kembali berwisata dengan tanpa beragam pembatasan dan prosedur karantina yang ketat,” ungkap Riko.

Survei tersebut juga mencatat perjalanan mewah yang diminati segmen kelas atas atau affluent karena menawarkan perpaduan aktivitas yang  eksklusif. Dengan kata kunci yang paling banyak dicari adalah hotel mewah (54 persen), restoran fine dining (16 persen), dan resor & vila mewah (10 persen).

“Kami berharap studi ini memberikan wawasan yang berharga bagi para pelaku usaha di ekosistem industri pariwisata. Seiring jumlah kasus Covid-19 yang terus mengalami penurunan dan keputusan pemerintah untuk mulai membuka perbatasan serta merelaksasi pembatasan perjalanan, kami berbagi optimisme dengan masyarakat Indonesia bahwa pemulihan industri pariwisata semakin terlihat menjanjikan,” pungkas  Riko.

Related Topics