FINANCE

RUPST Bank Ganesha angkat Lenny Sugihat Sebagai Presiden Direktur 

Laba Bank Ganesha di 2021 capai Rp14,65 miliar.

RUPST Bank Ganesha angkat Lenny Sugihat Sebagai Presiden Direktur RUPST Bank Ganesha 2022/ Dok Bank Ganesha
27 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Bank Ganesha Tbk (Bank Ganesha) telah menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Jumat, (24/6). Rapat tersebut menyepakati sejumlah agenda salah satunya perubahan jajaran direksi dan komisaris. 

Dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Lenny Sugihat masuk ke jajaran direksi menjadi Presiden Direktur dari jabatan sebelumnya di Presiden Komisaris Independen Bank Ganesha. 

"Terhitung sejak diperolehnya persetujuan OJK untuk perubahan susunan masing-masing anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan sebagaimana diuraikan," kutip keterangan resmi di Jakarta, Senin (27/6). 

Bankir wanita lulusan University of Houston, Texas, Amerika Serikat pada 1993 ini sebelumnya pernah menjabat sebagai Managing Director Bank Rakyat Indonesia (2006-2014) dan Direktur Utama Perum BULOG (2015). 

Laba Bank Ganesha di 2021 capai Rp14,65 miliar

Bank Ganesha juga melakukan public expose pada kinerja perusahaan di 2021. Adapun perseroan membukukan laba sebelum pajak senilai Rp14,65 miliar atau meningkat 192,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Ganesha mencapai Rp6,32 triliun atau tumbuh sebesar 53,27 persen (yoy). Perseroan menyatakan, pertumbuhan tersebut ditopang adanya peningkatan pada giro dan tabungan. 

"Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan nasabah kepada Bank Ganesha semakin meningkat dan Perseroan memiliki likuiditas yang sangat baik," kutip keterangan resmi tersebut. 

Kredit terkontraksi 4,17%

Di sisi lain, penyaluran kredit Bank Ganesha di 2021 mencapai Rp2,53 triliun atau menurun 4,17 persen YoY. Sementara itu, hingga periode Maret 2022 penyaluran kredit mencapai Rp2,46 triliun. 

Hal ini disebabkan karena permintaan kredit baru yang berkualitas masih terbatas dan juga menjadi strategi Perseroan untuk lebih selektif dalam menyalurkan kredit kepada sektor yang masih mempunyai prospek yang baik. 

Related Topics