FINANCE

Sri Mulyani Ungkap Masih Ada Kesenjangan Gender di Sektor Keuangan

Menkeu dorong program khusus perempuan di sektor keuangan.

Sri Mulyani Ungkap Masih Ada Kesenjangan Gender di Sektor KeuanganMenteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, saat berbicara dalam Agenda G20, High Level Seminar on Strengthening Global health Architecture, Kamis (17/2). (Tangkapan layar YouTube Kemenkeu)
22 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Peranan perempuan Indonesia dalam perekonomian terus meningkat di saat tingkat kesetaraan gender di Indonesia juga sedikit lebih baik dibanding rata-rata global. Meski demikian, di sektor keuangan, masih ada kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam hal jumlah dan keahlian.  

Demikian diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan pidato kunci pada virtual seminar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) yang ke-74, dengan tema “Peranan Perempuan Indonesia di Sektor Perbankan dan Jasa Keuangan”, Rabu (21/4). 

Mengutip laporan mengenai global gender gap report tahun 2021 yang diterbitkan oleh World Economic Forum, Menteri Sri Mulyani menyebut Indonesia memiliki gender gap index sebesar 0,688 persen. Angka itu sedikit lebih baik dari indeks dunia yang sebesar 0,677 persen. Angka indeks mendekati nol berarti hak laki-laki dan perempuan sangat timpang, sebaliknya jika mendekati satu maka terjadi kesetaraan sempurna. 

“Dan dengan adanya gender gap kita di 0,688 persen, tentu kita masih memiliki pekerjaan rumah,” kata Sri Mulyani melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (21/4). 

Porsi perempuan yang memiliki keahlian di sektor keuangan hanya 12%

Sektor keuangan dinilai menjadi sektor yang harus melakukan perbaikan dalam hal kesetaraan gender. Sebabnya sektor tersebut masih didominasi oleh laki-laki. 

Menurut Sri Mulyani, porsi pekerja perempuan di sektor keuangan yang memiliki keahlian hanya 12 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan para pekerja laki-laki yang bekerja di sektor keuangan dan memiliki keahlian yaitu sebesar 28 persen. 

“Pada tingkat inklusi keuangan, perempuan hanya sebesar 75,2 persen, ini juga lebih rendah dari laki laki yang inklusi keuangannya mencapai 77,2 persen. Kalau kita lihat juga dari literasi keuangan perempuan di Indonesia adalah hanya 36 persen lebih rendah dari laki laki 40 persen,” jelas Sri Mulyani. 

Menkeu dorong program khusus perempuan di sektor keuangan

Menurut data yang lain dari Oliver Wyman, seperti diungkapkan Menkeu, pada 2020, perempuan Indonesia menduduki hanya 18 persen dalam tingkat komite eksekutif, sedangkan di lembaga keuangan ini lebih rendah lagi. Angka ini tentu berada di bawah rata-rata global, yaitu 20 persen. Hal ini disebabkan oleh jumlah pekerja perempuan di sektor keuangan yang ternyata hanya 39,5 persen.  

Oleh karena itu, menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, dibutuhkan program khusus untuk perempuan di lembaga keuangan. Menurutnya, saat ini pengembangan produk-produk dan layanan perbankan terutama untuk perempuan perlu menjadi area yang bisa ditingkatkan di dalam meningkatkan peranan perempuan di dalam perekonomian dan di industri perbankan.  

"Dari sisi akses terhadap layanan keuangan perlu untuk diberikan suatu kekhususan sehingga mereka tidak terhalangi untuk bisa mendapat pelayanan sektor keuangan,” pungkas Sri Mulyani.

Related Topics