Stabilitas Ekonomi RI Terjaga di Tengah Risiko Global,Ini Indikatornya
Kredit tumbuh 11,35%, NPL terjaga di 2,44%.
Jakarta, FORTUNE - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengklaim stabilitas keuangan dalam negeri terjaga di tengah tekanan global yang mulai mereda pada akhir triwulan IV 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, berlanjutnya kinerja positif perekonomian tercermin pada berbagai indikator dini per Desember 2022. Seperti inflasi yang melandai, nilai tukar yang stabil hingga sektor keuangan yang kuat.
"Inflasi menurun lebih cepat dari yang diprakirakan. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir 2022 tercatat sebesar 5,51 persen (yoy), jauh lebih rendah dari prakiraan pasca penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022," jelas Sri Mulyani melalui konferensi video yang dikutip di Jakarta, Rabu (1/2).
Demikian pula inflasi inti tercatat rendah pada akhir 2022 yaitu sebesar 3,36 persen (yoy) jauh lebih rendah dari prakiraan BI sebesar 4,61 persen (yoy).
Meskipun demikian, menurutnya masih terdapat risiko yang perlu dicermati. Salah satunya ialah faktor berlanjutnya gangguan rantai pasokan, serta masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sejalan dengan itu, pengetatan kebijakan moneter di negara maju juga diprakirakan mendekati titik puncaknya dengan suku bunga yang masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023.
Nilai tukar rupiah menguat
Sementara itu, nilai tukar rupiah juga tercatat menguat sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Rupiah pada awal 2023 mengalami apresiasi, di mana sampai dengan 27 Januari 2023 menguat 3,89 persem (ytd) dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
Sri Mulyani menyebut, penguatan Rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia (3,83 persen ytd), Filipina (2,30 persen ytd), dan India (1,46 persen ytd).
"Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik," kata Sri Mulyani.
Kredit tumbuh 11,35%, NPL terjaga di 2,44%
Di sisi lain, kinerja sektor jasa keuangan tetap terjaga dengan intermediasi lembaga jasa keuangan tumbuh di atas ekspektasi sejalan dengan kinerja perekonomian domestik yang membaik.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut, kredit perbankan pada 2022 tumbuh sebesar 11,35 persen (yoy), terutama didorong oleh jenis kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 12,17 persen (yoy) dan pertumbuhan kredit debitur korporasi sebesar 15,44 persen (yoy).
Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,01 persen (yoy) yang didorong kenaikan giro dan tabungan yang tumbuh masing-masing sebesar 18,78 persen (yoy) dan 7,52 persen (yoy). Penguatan kredit tersebut, lanjut Mahendra, juga dibarengi dengan pengelolaan NPL gross perbankan per Desember 2022 yang terpantau turun menjadi sebesar 2,44 persen.
"Risiko kredit dalam tren penurunan, baik pada industri perbankan maupun pembiayaan didukung likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat," kata Mahendra.
Likuiditas perbankan memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) di level 137,67 persen dan Alat Likuid/DPK di level 31,20 persen pada Desember 2022.