FINANCE

Suku Bunga Acuan BI Naik 25 bps jadi 3,75%, Ini Pendorongnya

Kenaikan harga BBM diyakini bakal tingkatkan inflasi.

Suku Bunga Acuan BI Naik 25 bps jadi 3,75%, Ini PendorongnyaGubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, saat membuka salah satu seminar Presidensi Indonesia di G20, Rabu (9/3). (Tangkapan layar dari Youtube Bank Indonesia)
23 August 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 bps menjadi 3,75 persen. 

Suku bunga Deposit Facility pun naik 25 bps menjadi 3,00 persen, diikuti kenaikan suku bunga Lending Facility 25 bps menjadi 4,50 persen. 

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food,"  kata Gubernur BI Perry Warjiyo melalui konfrensi video di Jakarta, Selasa (23/8). 

Keputusan tersebut dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Kenaikan harga BBM diyakini bakal tingkatkan inflasi

Mobil mengisi BBM non-subsidi di SPBU.
Mobil mengisi BBM non-subsidi di SPBU. (dok. Pertamina)

Perry memperkirakan tekanan inflasi ke depan akan terus meningkat, didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global, serta kesenjangan pasokan. 

Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diperkirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. 

"Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen," jelas Perry. 

Sebelumnya, BI mencatat Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli 2022 sebesar 4,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen (yoy). 

Inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile foods) tercatat sangat tinggi mencapai 11,47 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan. Di sisi lain, inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) juga meningkat menjadi 6,51 persen (yoy) sejalan dengan kenaikan angkutan udara dan harga BBM nonsubsidi. 

Nilai tukar rupiah diyakini tetap stabil

Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha

Related Topics