FINANCE

Transaksi Mata Uang Lokal Rupiah-Yen Jepang Naik 10 kali lipat 

Transaksi LCS RI-Jepang capai US$109,4 juta per bulan.

Transaksi Mata Uang Lokal Rupiah-Yen Jepang Naik 10 kali lipat Ilustrasi Kegiatan Ekspor Impor. (ShutterStock/WeerasakSaeku)
12 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat kenaikan nilai yang signfikan penyelesaian transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) antara pelaku usaha di Indonesia dan Jepang. 

Hingga September 2021, nilai transaksi mencapai setara US$109,4 juta per bulannya. Padahal pada awal penerapan pada tahun 2020 transaksi per bulan hanya berkisar US$9,8 juta. 

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, bahkan menyebut, nilai tersebut meningkat hingga 10 kali lipat di tahun ini.  "Hubungan perdagangan dan investasi Jepang terus mengalami peningkatan. Ini kita bisa optimalkan melalui LCS Indonesia dengan Jepang," kata Destry melalui keterangan resminya di Jakarta, Kamis (11/11). 

LCS dorong investasi antar negara

Destry menambahkan, percepatan penerapan LCS dengan mitra dagang utama dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), khususnya di sektor ekpor-impor dan investasi. 

Destry menambahkan, Jepang tercatat sebagai mitra dagang terbesar ke-2 bagi Indonesia dari sisi ekspor dan ke-3 dari sisi negara impor. Dengan adanya kerja sama LCS antara Jepang-Indonesia, volume dan nilai perdagangan hingga investasi kedua negara diharapkan dapat terus meningkat. 

Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga juga menilai penerapan LCS sangat membantu pertumbuhan kinerja ekspor di tengah pandemi, termasuk kinerja perdagangan ke Jepang. 

"Ini hal positif untuk bersama-bersama untuk meningkatkan neraca perdagangan. Karena Sektor perdagangan terkait sektor keuangan," sambungnya. Jerry berharap agar BI terus aktif dalam melakukan sosialisasi penerapan LCS kepada stakeholders

Penggunaan dolar pada transaksi ekspor sebelumnya sekitar 94%

Destry mengungkapkan, sebelumnya penyelesaian transaksi ekspor  dari tahun 2015 hingga 2020 rata-rata masih menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Yakni 94 persen pada ekspor dan 83 persen untuk impor. 

Ke depan, Destry menyampaikan ketergantungan terhadap satu mata uang bisa dikurangi melalui penerapan LCS. "Kita coba untuk tidak ketergantungan terhadap satu mata uang tertentu. Kita coba diversifikasi agar risikonya menjadi managable," tambahnya. 

Jerry Sambuaga pun mengapresiasi andil BI dalam hal suplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2021, yang mencatat sebesar US$4,37 miliar. 

Related Topics