FINANCE

Tren mobil listrik dipercaya dorong harga komoditas mineral

Harga Timah diprediksi tembus US$ 30.000/ton.

Tren mobil listrik dipercaya dorong harga komoditas mineralDok. PT Timah Tbk
19 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Indonesia bersiap untuk memiliki pabrik baterai kendaraan listrik (electrical vehicle /EV) pertama di Asia Tenggara, yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) -pun telah melakukan meresmikan groundbreaking pabrik baterai mobil listrik pada (15/9) lalu.

Pembangunan pabrik baterai mobil listrik senilai US$1,1 miliar, atau setara Rp15,675 triliun ini merupakan kolaborasi Indonesia-Korea Selatan. Dari dalam negeri ada konsorsium Indonesia Battery Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. Sedangkan, Negeri Ginseng diwakili oleh Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution.

Lantas bagaimana harga nikel dan timah di pasar global di tengah tren mobil listrik? Tulisan lengkapnya bisa dibaca di Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2021.

Harapan nilai tambah komoditas timah

Tumbuhnya minat terhadap mobil listrik membawa harapan besar bagi Indonesia. Sebab, negeri ini kaya akan nikel, bahan baku produksi baterai lithium-ion.  Selain itu, PT Timah Tbk (Persero) juga merupakan bagian dari rantai pasok industri mobil listrik di Indonesia, meski tidak menghasilkan nikel. Sebab, timah juga dibutuhkan dalam produksi perangkat elektronik, termasuk baterai.

“Kebutuhan timah untuk kendaraan listrik misalnya komponen baterai sebanyak 7 persen, dan yang terbesar untuk solder yakni 51 persen. Jadi misalkan ada kebutuhan untuk itu, mungkin demand akan naik dan ekspektasinya harga timah akan jauh lebih tinggi,” Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar (8/9).

Pada semester satu 2021, PT Timah membukukan laba bersih sebesar Rp270 miliar, berbanding terbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih rugi Rp390 miliar. Padahal, produksi logam timah TINS turun 57 persen dari 27.833 ton pada semester satu 2020 menjadi 11.915 ton pada semester satu 2021. 

Abdullah mengatakan, positifnya kinerja perusahaan ditopang performa harga komoditas timah yang membaik di pasaran global.

Harga Timah diprediksi tembus US$30.000/ton

Komoditas mineral yang mengalami penguatan harga selama pandemi Covid-19 adalah timah. Di London Metal Exchange, harga timah pada 21 September 2021 sebesar US$34.020 per ton. Dengan demikian, harga timah telah melonjak 86,56 persen dalam setahun terakhir. Harga timah bahkan sempat menyentuh puncaknya pada US$35.720 per ton pada 17 Agustus 2021.

Ada beberapa sentimen yang memengaruhi penguatan harga timah di pasar dunia. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Wibisono menjelaskan, secara fundamental, pasokan timah di London Metal Exchange dan Shanghai Futures Exchange memperlihatkan penurunan. “Artinya, masih ada permintaan dari end user. Oleh karena itu, perusahaan meyakini harga masih bisa di atas level US$30.000 per ton hingga akhir tahun," kata dia, (8/9).

Related Topics