MARKET

Krisis Evergrande Diprediksi Masih Terus Berlanjut

Dampak Evergrande berpotensi sistemik ke developer lainnya.

Krisis Evergrande Diprediksi Masih Terus BerlanjutEvergrande. (ShutterStock/Casimiro PT)

by Bayu Pratomo Herjuno Satito

22 September 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Hingga pekan kedua September, fenomena September Effect tak kunjung terjadi. Sejumlah analis pun memperkirakan bahwa return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan positif dan masih akan berfokus pada proses pemulihan pasca Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Sosial (PPKM).

Namun, pada pekan ketiga September, salah satu perusahaan properti terbesar di Tiongkok, Evergrande, mengalami krisis keuangan. Diketahui, Evergrande selama bertahun-tahun membangun bisnisnya dengan bersandar pada utang. Hingga Selasa (14/9), perusahaan mengumumkan tidak dapat menjual properti serta asetnya untuk membayar pinjaman jatuh tempo mencapai US$300 miliar atau senilai Rp4.350 triliun.

Fortune Indonesia memberitakan pada Senin (20/9) harga saham Evergrande turun 10,2 persen. Sejak awal tahun, kapitalisasi pasar perusahaan ini merosot dari US$24 miliar menjadi US$5 miliar. Situasi ini jelas menyita perhatian para pelaku pasar ekonomi dunia. Mereka khawatir masalah ini akan merambah ke perekonomian Tiongkok yang selanjutnya berpotensi berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.

Menanggapi hal ini, Lionel Priyadi, analis Macro Strategy and Equity, Samuel Sekuritas Indonesia (SSI), mengatakan problem masih akan berlanjut Oktober. “Hal ini karena dampak Evergrande berpotensi sistemik ke developer raksasa lainnya, serta sistem keuangan dan perbankan Tiongkok,” ujarnya.

Perkiraan pasar Indonesia di bulan Oktober

Lionel mengatakan bahwa sebenarnya kasus Evergrande sudah ramai di media asing sejak Agustus. Namun, meledaknya baru September dan menjadi salah satu peristiwa yang dapat diakitkan dengan fenomena September Effect.

Memperkirakan dampaknya ke situasi pasar di Indonesia, Lionel menyatakan bahwa sedikit banyak pasti akan terpengaruh oleh isu Evergrande. Menurutnya, momentum pasar Indonesia pada Oktober dari sisi global diperkirakan agak buruk karena double hit pengumuman tapering dan isu Evergrande.

“Namun, untuk momentum domestik masih positif karena relaksasi PPKM baru akan berdampak penuh di bulan Oktober,” kata Lionel kepada Fortune Indonesia (22/9).

Menguatnya IHSG dan meredanya sentimen gagal bayar Evergrande

Sementara itu, seiring kasus Evergrande yang masih berjalan, IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat Rabu sore pada 47,51 poin atau 0,78 persen di posisi 6.108,27. Kelompok saham unggulan LQ45 pun naik 10,45 poin ke posisi 862,18.

Mengutip Antara News, salah satu katalis positif bagi IHSG pada Rabu sore adalah meredanya kekhawatiran investor pada potensi gagal bayar Evergrande. Selain itu, harga komoditas CPO dan batu bara pun naik di tengah kasus Covid-19 yang sedang mengalami tren penurunan.

Dibuka menguat, IHSG diketahui terus bergerak di zona hijau pada sesi perdagangan saham. Lalu pada sesi kedua, IHSG masih bertahan positif hingga penutupan harga saham. Kemudian, penutupan IHSG disertai aksi beli saham oleh investor asing dengan net foreign buy senilai Rp495,76 miliar.