MARKET

Naik Turun Harga Minyak Dunia Dalam Ketidakpastian Situasi

Pasokan minyak dunia akan tumbuh, tapi tidak lama.

Naik Turun Harga Minyak Dunia Dalam Ketidakpastian SituasiIlustrasi tambang minyak. (ShutterStock/Corona Borealis Studio)
16 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Harga minyak dunia bangkit dari awal yang lemah pada Selasa (16/11), pukul 14.12 WIB. Minyak Brent naik 96 sen, atau 1,2 persen menjadi US$83,01 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 80 sen, atau 1 persen, menjadi US$81,68 per barel. Hal ini terjadi seiring peningkatan kasus COVID-19 di Eropa.

"Pada harga minyak kali ini, pasokan akan tumbuh tetapi mungkin sekitar enam bulan saja, lalu persediaan turun sangat rendah. Kami tidak memiliki margin keamanan," kata Tony Nunan, manajer risiko senior di Mitsubishi Corp yang berbasis di Tokyo.

Melansir Reuters (16/11), Tony mengungkapkan bahwa tingkat persediaan sangat rendah. Jika musim dingin yang parah tiba dan OPEC masih lamban dalam menambah pasokan, maka harga akan terus naik.

CEO Trafigura, Jeremy Weir, mengatakan bahwa pasar minyak global akan tetap sangat ketat karena permintaan kembali ke tingkat sebelum pandemi. "Kami melihat pasar minyak yang sangat, sangat ketat, tetapi hal ini tidak main-main, karena apa yang dilakukan OPEC. Permintaan ada di sana," kata Weir pada KTT Komoditas Asia FT.

Reli harga minyak dunia diprediksi mereda

Berbeda pendapat, Badan Energi Internasional (IEA), menyampaikan bahwa reli harga minyak dunia mungkin akan mereda karena produksi global mengalami peningkatan, terutama Amerika Serikat (AS). Laporan minyak bulanan IEA menuliskan bahwa pasar minyak dunia akan tetap ketat, namun peningkatan pasokan minyak akan menurunkan harga.

"Harga saat ini memberikan insentif yang kuat untuk meningkatkan aktivitas (AS) bahkan ketika operator tetap berpegang pada janji disiplin modal," tulis laporan tersebut seperti dikutip Reuters (16/11).

Pada Agustus, badai menghantam pusat produksi dan ekspor utama AS di pantai Teluk, tetapi produksi AS menyumbang setengah dari peningkatan produksi minyak global pada bulan lalu. Situasi ini akan menyumbang 60 persen dari keuntungan pasokan non-OPEC+ pada 2022. Namun demikian, IEA mengatakan, produksi AS tidak akan kembali ke tingkat pra-pandemi hingga akhir tahun depan.

Kenaikan kasus COVID-19 yang membayangi

Eropa kembali menjadi pusat pandemi COVID-19, mendorong beberapa pemerintah untuk mempertimbangkan kembali pemberlakuan karantina wilayah, sementara Tiongkok sedang berjuang melawan penyebaran wabah terbesarnya yang disebabkan oleh varian Delta.

OPEC minggu lalu memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat sebesar 330.000 barel per hari (bph) dari perkiraan bulan lalu, karena harga energi yang tinggi menghambat pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Related Topics