Paling Banyak di Asean, EY Nilai Indonesia Teraktif Gelar IPO
Pada 2022 Indonesia mencatat 59 perusahaan lakukan IPO.
Jakarta, FORTUNE - Ernst and Young (EY) mencatat bursa Indonesia menjadi pihak yang mencatatkan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) paling aktif di pasar ASEAN. Indonesia bahkan menempati urutan pertama di Asia Tenggara.
EY Indonesia Strategy and Transaction Partner, Sahala Situmorang, mengatakan dalam empat tahun terakhir total nilai emisi ekuitas di Indonesia meningkat dari Rp15 triliun pada 2019 menjadi Rp33 triliun pada 2022.
"Faktanya, pada tahun 2022, pasar modal nasional mencatat jumlah deal terbesar dalam sejarah dengan 59 IPO. Penawaran publik perusahaan teknologi GoTo menjadi yang paling terkenal dengan nilai Rp14 triliun dalam penawaran ekuitasnya," kata Sahala dalam keterangan resminya, Rabu (26/4).
Dia melanjutkan hingga kuartal I-2023, pasar IPO Indonesia telah merekam 30 IPO dengan nilai penerbitan berkisar dari US$1,91 juta dari Mitra Tirta Buwana dan US$596 juta dari Pertamina Geothermal.
Dia menuturkan kondisi pada kuartal I-2023 memperlihatkan jumlah penerbitan saham 50 persen melebihi jumlah penerbitan pada 2022 berdasarkan volume kesepakatan.
"Kondisi ini diharapkan mampu mendukung pasar IPO Indonesia berjalan sehat dan aktif di sepanjang tahun 2023, dengan semakin banyak perusahaan dari profil dan sektor yang beragam memutuskan untuk go public," ujarnya.
Menunggu sinyal untuk melakukan IPO
Melihat lebih dekat kondisi Indonesia, produk domestik bruto (PDB) diproyeksikan tumbuh 3,6–5,0 persen dan inflasi stabil dengan panduan 3-4 persen dari Bank Indonesia.
Untuk kuartal II-2023, EY melihat harapan sejalan dengan puncak inflasi, pelemahan harga energi, dan pemulihan ekonomi Cina.
Akan tetapi, pekerjaan rumah untuk IPO terus bertambah karena perusahaan masih menunggu stabil dan pulihnya pasar saham sebelum memutuskan untuk melantai.
Dalam kondisi inflasi yang sangat tidak terduga dan terus-menerus, EY menyatakan investor yang sebelumnya berorientasi pada pertumbuhan dan potensi pendanaan saat ini lebih berfokus pada strategi menuju profitabilitas dan arus kas.
Begitu ada bukti pasar yang lebih stabil dengan kepastian yang lebih tinggi, EY melihat kepercayaan investor akan kembali dan perusahaan terkemuka yang telah menunda rencana IPO dapat melanjutkan kembali rencananya, walaupun dengan valuasi yang lebih rendah.