MARKET

Harga Bitcoin Turun, Investor Kripto Ketar Ketir Pengumuman Fed

Pengumuman Fed akan berimbas ke aset berisiko.

Harga Bitcoin Turun, Investor Kripto Ketar Ketir Pengumuman FedIlustrasi aset kripto. Shutterstock/Pedrosek
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Harga Bitcoin tercatat turun memasuki awal pekan terakhir Juli. Dikutip dari coinmarketcap.com, Selasa (26/7), pukul 07.55 WIB, nilai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu mencapai US$21 ribuan, atau turun lebih dari 5 persen dalam sepekan terakhir.

Sementara itu, sejumlah koin alternatif atau altcoin turut menunjukkan penurunan harga. Ambil misal Ethereum yang terkoreksi lebih dari 8 persen menjadi US$1.400an. Sedangkan, Binance Coin turun 7 persen, XRP 7 persen, Cardano 4 persen, Solana 17 persen, dan Dogecoin 7 persen.

Kondisi pasar aset kripto yang melemah terjadi karena investor dianggap khawatir terhadap langkah kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed. Otoritas moneter itu diyakini akan menaikkan tingkat suku bunga acuan mencapai 75 basis poin.

The Fed pada Juni telah menyesuaikan tingkat suku bunga acuan sebesar 75 basis poin, dan dianggap sebagai peningkatan terbesar dalam hampir tiga dekade. Bank sentral AS ini juga menaikkan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 1,5 persen tahun ini.

Kenaikan suku bunga tersebut dianggap dapat berdampak ke aset berisiko seperti kripto dan saham. Tak hanya itu, penyesuaian kebijakan moneter itu berisiko terhadap penurunan arus masuk modal, dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi.

Dikutip dari CoinDesk, ahli aset digital menyerukan investor untuk berhati-hati dalam menanggapi pengumuman The Fed. Jika bank sentral AS tetap berpegang teguh pada kebijakan suku bunga acuannya, maka akan berimbas pada pemulihan pasar.

“Pertemuan minggu ini dapat mengubah pikiran pasar tentang seberapa serius Fed mengenai pertempurannya melawan inflasi dan bahwa ia tidak melihat ekonomi lemah atau menuju resesi,” kata Michael Kramer, Founder Mott Capital Management.

Rupa-rupa sentimen beredar

Ilustrasi perdagangan kripto. Shutterstock/Rokas Tenys

Selain itu, ada pula pandangan yang menaksir bahwa The Fed bakal menaikkan suku bunga pada level rendah sepanjang tahun ini karena inflasi dinilai telah mencapai puncaknya. Di sisi lain, AS dikhawatirkan akan segera memasuki periode resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, dalam keterangan kepada media, Jumat (22/7), menyatakan investor kembali menyerbu aset kripto lantaran mengabaikan potensi resesi AS. Hal serupa juga terjadi di pasar saham AS. “Investor juga ramai-ramai melakukan transaksi perdagangan di altcoin setelah memantau apiknya kinerja indeks saham AS. Pelemahan kinerja nilai dolar AS juga menambah gairah investor,” ujarnya.

Dia berpendapat investor optimistis bank sentral AS takkan terlampau agresif dalam menyesuaikan kebijakan moneter pada pekan depan. Diperkirakan The Fed maksimal hanya akan menaikkan suku bunga 75 basis poin.

Namun, pasar secara umum masih dibayangi kekhawatiran terhadap rententan kabar buruk ekosistem aset kripto belakangan. Bahkan perusahaan otomotif Tesla menyatakan telah menjual kepemilikan Bitcoin senilai US$963 juta atau lebih dari Rp14 triliun.

Itu belum termasuk kabar dari Vauld, platform pemberi pinjaman aset kripto, yang telah mengajukan proteksi dari krediturnya yang berasal Singapura. Kabar ini muncul setelah perusahaan mengumumkan penghentian sementara proses penarikan beberapa hari lalu.