MARKET

Harga CPO Melambung, Emiten Sawit Menangguk Untung

Peningkatan kinerja diperkirakan berdampak ke harga saham.

Harga CPO Melambung, Emiten Sawit Menangguk UntungPekerja memanen tanda buah segar kelapa sawit. ANTARA FOTO/Syifa

by Luky Maulana Firmansyah

28 October 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kinerja sejumlah produsen kelapa sawit menanjak sepanjang kuartal ketiga tahun ini dengan raihan pendapatan maupun laba signifikan. Peningkatan kinerja ini diperkirakan seiring dengan reli kenaikan harga komoditas tersebut.

PT Astra Agro Lestari, misalnya, berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia Rabu (27/10), berhasil meraih pendapatan Rp18,01 triliun, naik 35,2 persen dari Rp13,3 triliun pada periode sama 2020.

Perseroan itu mengandalkan pendapatan utamanya dari pendapatan minyak sawit mentah dan turunannya yang tumbuh 32,5 persen menjadi Rp16,4 triliun. Setelahnya, pendapatan inti sawit dan turunannya juga meningkat 79,5 persen menjadi Rp1,6 triliun.

Perusahaan berkode AALI itu juga menuai laba bersih Rp1,5 triliun, naik dari Rp582,5 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Emiten sawit lain yang juga sudah merilis kinerja keuangan kuartal ketiga tahun ini PT Sampoerna Agro Tbk. Pendapatan perusahaan itu tumbuh 73,0 persen menjadi Rp3,9 triliun. Sumbangan utama revenue adalah kenaikan penjualan produk kelapa sawit sebesar 76,6 persen menjadi Rp3,8 triliun. Peningkatan pendapatan juga dicetak produk kecambah sebesar 86,9 persen menjadi Rp107,2 miliar.

Perusahaan dengan kode saham SGRO itu mampu mengamankan laba Rp509,7 miliar, jauh melampaui capaian sebelumnya pada Rp17,8 miliar.

Faktor reli kenaikan CPO

Menurut pengamat pasar modal, Fendy Susiyanto, peningkatan kinerja sejumlah perusahaan sawit tersebut disebabkan oleh tren kenaikan harga CPO dewasa ini seiring pemulihan permintaan.

Berdasarkan data dari indexmundi, harga CPO untuk kontrak September 2021 mencapai US$1,14 ribu per metrik ton. Posisi harga itu secara tahunan sudah meningkat 43,2 persen dari September 2020 yang mencapai US$796,2 per metrik ton. Padahal, pada Mei, harganya baru menyentuh US$576,6 per metrik ton.

“Kenaikan harga ini membuat performa dari perusahaan-perusahaan mengalami perbaikan,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis (28/10). “Ini juga terutama terlihat dari laba perusahaan yang mengalami peningkatan."

Fendy yang juga Founder dan CEO Finvesol Consulting ini pun memperkirakan harga CPO masih akan terus meningkat seiring pemulihan perekonomian global. Dengan begitu, kinerja perusahaan-perusahaan sawit juga diperkirakan masih akan baik.

“Nah, ini yang membuat potensi harga-harga saham yang berkaitan dengan sawit atau pun CPO juga prospektif hingga akhir tahun 2021 bahkan di kuartal pertama 2022,” katanya.

Berdasarkan data BEI, harga saham Astra Agro Lestari, misalnya, dalam enam bulan terakhir tumbuh 8,09 persen menjadi Rp10.025 per saham. Sementara harga saham Sampoerna Agro juga meningkat 17,99 persen menjadi Rp2.230 dalam kurun sama.