MARKET

Laba Naik 579%, Kinerja Indo Tambangraya Terdongkrak Harga Batu Bara

Perusahaan menyiapkan rencana transformasi bisnis.

Laba Naik 579%, Kinerja Indo Tambangraya Terdongkrak Harga Batu BaraANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj
17 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada sembilan bulan pertama tahun ini sangat signifikan. Perusahaan pertambangan batu bara ini berhasil menangguk untung US$271,50 juta atau lebih dari Rp3,8 triliun.

Posisi laba perseroan itu tumbuh 579,0 persen ketimbang periode sama tahun sebelumnya. Laba emiten berkode ITMG itu bahkan sudah melebihi posisi sebelum era pandemi COVID-19 (Januari-September 2019), yakni US$101,22 juta.

“Di tengah peningkatan harga batu bara yang tajam, perusahaan tetap menerapkan efisiensi biaya secara disiplin untuk mampu memaksimalkan keuntungan dari momentum kenaikan harga sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang solid sekalipun pandemi berkepanjangan dan kegiatan penambangan melambat akibat hujan ekstrem yang terus menerus,” kata Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Mulianto dalam keterangan resmi, Senin (15/11).

Perusahaan pada periode sama mereguk pendapatan US$1,32 miliar atau setara Rp19,19 triliun, meningkat 51,8 persen dari US$871,88 juta pada Januari-September tahun lalu.

Posisi kas dan setara kas juga tumbuh 144,4 persen menjadi US$509,91 juta. Sementara, aset perusahaan meningkat 30,3 persen menjadi US$1,51 miliar.

Progres penjualan batu bara

Menurut Mulianto, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini perusahaan beroleh rata-rata harga batu bara sebesar US$89 per ton, atau naik 65 persen dari US$53,8 per ton pada periode sama tahun sebelumnya. Sementara, total volume penjualan mencapai 14,8 juta ton.

Dia mengatakan perusahaan menargetkan volume penjualan tahun ini sekitar 20,2–20,4 juta ton tahun ini, dan seluruhnya telah beroleh kontrak penjualan. Perinciannya, kata Mulianto, sebanyak 84 persen harga jualnya telah ditetapkan, sedangkan sisanya yang 16 persen mengacu pada indeks harga batu bara.

Perusahan telah menjual belasan juta ton batu bara itu ke sejumlah negara, terdiri dari Tiongkok (4,1 juta ton), Indonesia (3,2 juta ton), Jepang (2,1 juta ton), Filipina (1,4 juta ton), Thailand (1,0 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, dan Selatan serta Oseania.

Tranformasi bisnis

Kinerja sedemikian, bagi Mulianto, menandakan semakin kukuhnya posisi keuangan perseroan. Perusahaan sanggup mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang tinggi—dengan pembagian dividen interim sebesar US$94,1 juta atau setara 80 persen dari laba bersih semester pertama 2021.

Di luar soal kinerja, lanjut dia, perusahaan juga telah menyiapkan rencana bisnis demi menjawab tantangan transformasi energi kelak, terdiri dari: bisnis pertambangan, perdagangan dan jasa, dan bisnis terbarukan. Pada pertambangan, misalnya, perusahaan akan terus melakukan eksplorasi tambang yang dimiliki guna memastikan pertumbuhan cadangan organik.

Pada perdagangan dan jasa, perseroan akan meningkatkan ekspansi pembelian batu bara yang bersumber dari pihak ketiga guna meningkatkan pendapatan. Pada bisnis energi terbarukan dan lainnya, perseroan sedang sedang melakukan finalisasi dari perencanaan konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

“Perusahaan juga akan mengaplikasikan berbagai solusi mining digital untuk operasi penambangan yang lebih efisien dan kontrol biaya yang lebih baik. ITM tetap bertekad melanjutkan upaya untuk mentransformasi diri menjadi perusahaan berbasis digital dalam operasi penambangan sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemantauan dan kendali biaya,” katanya.

Di tengah kabar pengumuman kinerja, pada perdagangan Selasa (16/11), saham ITMG ditutup ke posisi Rp19.100 per saham. Dalam enam bulan terakhir saham perusahaan sudah naik 46,92 persen. Bahkan, secara tahunan tumbuh 108,74 persen dari sebelumnya Rp9.150 per saham.  

Related Topics