MARKET

Aset Kripto Dinilai Tetap Prospektif, meski Pasar Gonjang-Ganjing

Investor mesti bersikap tenang dan tidak panik.

Aset Kripto Dinilai Tetap Prospektif, meski Pasar Gonjang-GanjingIlustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova

by Luky Maulana Firmansyah

11 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pasar aset kripto tengah mengalami gonjang-ganjing terlebih usai kabar salah satu bursa luar negeri yang mengalami krisis likuiditas. Meski demikian, Tokocrypto, platform pertukaran aset kripto di Indonesia, menyampaikan optimismenya bahwa investasi aset kripto masih memiliki prospek di masa mendatang.

“Masih ada peluang jangka panjang dengan strategi menabung aset kripto,” kata VP Growth Tokocrypto, Cenmi Mulyanto, dalam keterangan resmi kepada media, Jumat (11/11).

Adalah FTX, salah satu bursa aset kripto terbesar di dunia, yang mengalami krisis likuiditas. Platform itu belum lama ini kehilangan US$6 miliar karena investor menarik dananya. Itu setelah Binance, raksasa aset kripto, yang menyatakan bakal melepas sebanyak US$2 miliar FTT, token besutan dari FTX.

Binance mengambil langkah tersebut karena merespons laporan dari Dirty Bubble Media yang menuding Alameda Research, perusahaan milik Sam Bankman-Fried, serta sister company dari FTX, mengalami kebangkrutan. Alameda Resarch dikabarkan mengenggam sebagian besar asetnya dalam bentuk token FTT.

Memang, CEO Binance, Changpeng Zao, sempat menyatakan perusahaan akan membantu FTX dengan mengakuisisi bursa kripto tersebut. Namun, belakangan Binance, membatalkan transaksi pengambilalihan FTX.

Menurut Mulyanto, peristiwa bursa aset kripto yang mengalami ganjalan likuiditas ini membuat efek domino yang negatif terhadap aset kripto. Buktinya, total kapitalisasi pasar aset kripto anjlok ke level US$800 miliar, dan dianggap terendah dalam dua tahun terakhir.

Mengutip data dari coinmarket.cap.com, harga Bitcoin dalam sepekan terakhir tercatat turun 15,47 persen menjadi US$17.342. Bahkan, pada Kamis (10/11), aset kripto itu sempat jatuh di posisi US$15.985, dan dianggap terendah sejak November 2020.

Strategi investasi

Ilustrasi investasi kripto. Shutterstock/The Kong

Meski pasar tengah bergejolak, masih ada strategi yang bisa diterapkan untuk tetap menciptakan peluang keuntungan di masa depan, kata Mulyanto. Investor bisa mempertimbangkan strategi pembelian aset kripto ketika harganya tengah “terdiskon”.

"Ketika pasar anjlok, pergerakan aset kripto cenderung sulit diprediksi. Banyak investor setuju bahwa jalan terbaik adalah dengan mengadopsi strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dan Buy the Dip dengan membeli sejumlah aset kripto di saat pasar mengalami koreksi. Konsep ini bisa disebut dengan menabung aset kripto," ujarnya.

Pasar aset kripto yang melorot pun bukan akhir dari segalanya. Secara histris setidaknya penurunan aset kripto ini disinyalir diikuti oleh kenaikan harga di masa mendatang.

Mulyanto juga berpendapat investor mesti senantiasa melakukan riset, termasuk mempelajari pelbagai jenis aset kripto, dan mencari lebih banyak strategi investasi, serta tidak terbuai dengan iming-iming keuntungan yang cepat.

"Jadi, pastikan investor melakukan analisis mengapa harga turun, dan gali lebih dalam alasannya. Jangan fokus pada jenis-jenis kripto tertentu saja. Strategi menabung kripto bisa jadi peluang keuntungan di pasar," ujarnya.

Pasang surut investasi aset kripto merupakan sebuah fase yang umum terjadi di industri instrumen keuangan. Terlebih, aset kripto masih terbilang merupakan instrumen investasi baru yang pertumbuhannya dibarengi dengan gejolak yang terjadi industri dan ekosistemnya.

"Prinsipnya untuk berinvestasi perlu kembali ke fundamental. Secara kolektif pasar aset kripto kemungkinan besar memiliki potensi untuk bergerak positif dalam jangka panjang,” katanya.