MARKET

Pasar Aset Kripto Lesu, Investor Perlu Atur Ulang Strategi Investasi

Pergerakan aset kripto cenderung sulit diprediksi.

Pasar Aset Kripto Lesu, Investor Perlu Atur Ulang Strategi InvestasiIlustrasi perdagangan kripto yang melorot. Shutterstock/Insta_Photos
20 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kondisi aset kripto yang tengah lesu tampaknya telah membuat investor ragu untuk masuk ke aset fluktuatif tersebut. Menurut VP of Marketing Tokocrypto, Adytia Raflein, saat ini banyak investor yang menjual aset kripto dengan membukukan kerugian.

Dia berpendapat “musim dingin kripto” saat ini mesti dipahami sebagai kondisi yang bukan merupakan akhir dari segalanya. Secara historis, usai terjadi penurunan aset kripto, kenaikan nilai akan mengikuti hingga kembali mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa.

"Bagi investor, hal terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah mencoba dan menilai situasi secara objektif. Terlalu mudah untuk membuat keputusan berdasarkan emosi ketika nilai portofolio hancur sangat tidak bijak. Mengelola emosi selama pasar turun atau bearish tidaklah mudah. Oleh karena itu, harus tetap tenang dan mengingat kembali tujuan investasi di kripto sejak awal," kata Adytia, dalam keterangan kepada media, dikutip Senin (20/6).

Coinmarketcap mewartakan harga Bitcoin pada Sabtu (18/6) sempat mencapai US$19 ribuan, dan esoknya (19/6) berhasil naik lagi hingga menjadi level US$20 ribuan. Sebagai perbandingan, harga aset digital itu di awal tahun masih US$46 ribuan. Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto hanya US$888 miliar, atau turun dari US$1,4 triliun pada awal 2022.

Saat bearish, pergerakan aset kripto cenderung sulit diprediksi, menurut Adytia. Dalam kondisi tersebut, tak sedikit investor yang sepakat akan strategi dollar cost averaging (DCA) atau buy the dip, dengan membeli sejumlah aset kripto saat harganya 'tiarap'.

Investor masih bisa mempertimbangkan strategi short selling. Namun, langkah itu secara teknis mesti dipelajari karena pergerakan harganya harus diprediksi secara tepat.

"Jadi, pastikan investor melakukan analisis mengapa harga turun, dan gali lebih dalam alasannya, dan tidak lupa untuk melakukan diversifikasi investasi di berbagai aset kripto," ujarnya.

Sentimen pasar

ilustrasi : mata uang kripto
Shutterstock/Wit Olszewski

Industri aset kripto global kini memasuki “crypto winter”, istilah yang merujuk pada kemerosotan tajam, diikuti oleh penurunan perdagangan, dan kelesuan pasar selama berbulan-bulan, sebuah fenomena yang menimpa pasar kripto pada 2018. Kekacauan makroekonomi dan geopolitik saat ini ditengarai menjadi pendorong untuk masalah tersebut, menurut Adytia.

"Investor harus melakukan penyesuaian dengan kondisi pasar untuk tetap mendapatkan profit dalam jangka pendek maupun panjang," katanya.

Dia bahkan menyebut investor tengah terkena kekhawatiran ekstrem, dengan gejolak ekonomi global yang telah berdampak pada industri. Kekhawatiran tersebut, misalnya, datang sebagai respons atas kebijakan suku bunga tinggi baru-baru ini.  

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan tingkat suku bunga acuan mencapai 75 basis poin. Mengutip Asociated Press (AP), kenaikan tersebut dianggap yang tertinggi sejak 1994. Dengan begitu, tingkat suku bunga acuan jangka pendek kini mencapai 1,5 persen sampai 1,75 persen.

“Dengan kenaikan suku bunga, kami benar-benar akan melihat penurunan hasil di ruang kripto di semua aset,” kata Haohan Xu, Kepala Eksekutif perusahaan crypto Apifiny, dalam sebuah catatan yang dikutip The Washington Post.

Itu belum termasuk sejumlah perkara lain yang menimpa industri kripto, seperti Coinbase, platform pertukaran aset kripto, yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan, bank kripto Celsius yang sedang menghentikan penarikan, dan penurunan pasar saham. Sejumlah masalah ini menyusul kekacauan stablecoin Terra dan koin LUNA bulan lalu.

Related Topics