MARKET

The Fed Mulai Tapering Bulan Ini, Begini Dampaknya Bagi Ekonomi RI

IHSG masih melaju di tengah sentimen tapering off.

The Fed Mulai Tapering Bulan Ini, Begini Dampaknya Bagi Ekonomi RIIlustrasi Bursa Saham. (ShutterStock/Frame China)
04 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) resmi akan melakukan kebijakan penyesuaian likuiditas atau tapering off pada November ini. Namun, lembaga tersebut belum akan menaikkan tingkat suku bunga acuan.

Dalam pernyataan kebijakan yang dirilis pada Rabu (03/11), bank sentral AS memutuskan untuk mulai mengurangi laju pembelian aset bersihnya total mencapai US$15 miliar. Rinciannya, US$10 miliar untuk sekuritas obligasi pemerintah. Sedangkan, sebanyak US$5 miliar untuk sekuritas yang didukung hipotek pada bulan ini.

Sebelumnya, The Fed telah melaksanakan program pembelian asetnya dengan laju sebanyak US$120 miliar. Dari sekian itu, US$80 miliar di antaranya untuk sekuritas surat utang pemerintah, dan US$40 miliar dalam sekuritas hipotek.

“Pada pertemuan hari ini, Komite menilai bahwa ekonomi telah memenuhi ujian ini, dan memutuskan untuk mulai mengurangi laju pembelian asetnya,” kata Ketua The Fed, Jerome Powell, merujuk kepada komite pembuat kebijakan bank sentral AS, seperti dikutip dari Antara.

Suku bunga masih rendah

Meski sudah memulai kebijakan penyesuaian likuiditasnya, The Fed belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini. Menurut Powell, lembaganya bersabar untuk melakukan kebijakan tersebut di tengah kekhawatiran inflasi yang meningkat.

“Keputusan kami hari ini untuk mengurangi pembelian aset tidak menyiratkan sinyal langsung mengenai kebijakan suku bunga,” katanya.

Menurut Powell, bank sentral masih perlu melakukan serangkaian tes pada kondisi ekonomi. Dia juga menyebut, jika kebijakan itu diperlukan, lembaganya akan bersabar namun juga tidak ragu-ragu.

Dampak ke ekonomi ke RI

Kebijakan tapering off bank sentral AS selama ini banyak dinilai akan berdampak ke perekonomian Indonesia. Menurut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dampak tapering off memang akan ada, tetapi tidak sebesar taper tantrum pada 2013.

“Kesimpulan yang utama bahwa dibandingkan dengan taper tantrum, pengaruh dan dampaknya dari The Fed tapering ini jauh lebih rendah dari taper tantrum 2013,” kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Rabu (27/10).

Perry membeberkan sejumlah faktor yang mendukung pernyatannya. Pertama, adanya kejelasan komunikasi bank sentral AS sehingga mengurangi ketidakpastian bagi pasar. Kedua, posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia juga lebih baik dari 2013. Terakhir, bank sentral dengan sejumlah pihak juga senantiasa melakukan langkah antisipasi.

Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Roger MM, juga mengatakan penarikan stimulus dari bank sentral AS juga tidak akan berdampak signifikan ke Indonesia. Menurutnya, pelaku pasar saat ini lebih mencermati sentimen hasil laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini dan data-data perekonomian domestik.

“Akhir tahun atau di Desember nanti kemungkinan investor akan cenderung melakukan window dressing dari laporan kuartal ketiga dan ekonomi yang membaik,” kata Roger, Kamis (4/11) seperti dilansir dari Antara. Dia pun memperkirakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bisa di level 6.880 hingga akhir 2021.

Di tengah kabar tapering off, IHSG pada perdagangan Kamis (4/11) ini, ditutup ke level 6.586,44, atau menguat 0,52 persen. Posisi IHSG itu telah naik 4,8 persen sebulan terakhir dan 10,2 persen enam bulan terakhir.

Related Topics