MARKET

Wall Street Ramal Suram Bitcoin, Harga Bisa Melorot Ke US$10 Ribu

Investor ritel lebih khawatir terhadap koreksi pasar.

Wall Street Ramal Suram Bitcoin, Harga Bisa Melorot Ke US$10 RibuWall Street. (ShutterStock/mezzotint)
12 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Investor Wall Street memperkirakan koreksi harga Bitcoin akan berlanjut, bahkan bisa melorot ke posisi US$10 ribu, menurut survei terbaru MLIV Pulse. Laporan tersebut menggarisbawahi soal persepsi investor terhadap aset kripto yang dalam kondisi menurun atau bearish.

Menurut survei yang melibatkan 950 responden itu, 60 persen investor memperkirakan harga Bitcoin bisa terkoreksi ke level US$10 ribu ketimbang kembali menguat ke posisi US$30 ribu. Hanya 40 persen peserta survei yang memperkirakan sebaliknya. 

Dikutip dari coinmarketcap.com, harga Bitcoin saat ini hanya US$19 ribuan, atau turun 59,6 persen dari US$47 ribuan pada awal tahun (year-to-date/ytd). Nilai aset kripto itu sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa yang sebesar US$68 ribu pada November 2021.

Jika prediksi investor pasar saham AS soal harga Bitcoin tersebut jadi nyata, maka perdagangan aset kripto tersebut akan kembali ke level September 2020.

“Sangat mudah untuk merasa takut saat ini, tidak hanya di aset kripto, tetapi secara umum di dunia,” kata Jared Madfes, mitra di Tribe Capital, perusahaan modal ventura, seperti dikutip dari BNN Bloomberg, Selasa (12/7). Dia menyebut ekspektasi untuk penurunan lebih lanjut menyiratkan akan “ketakutan yang melekat pada orang-orang di pasar.”

Menurut data yang diolah oleh CoinGecko, kapitalisasi pasar aset kripto secara keseluruhan telah menyusut US$2 triliun sejak akhir tahun lalu.

Sentimen

Ilustrasi pertemuan bisnis tentang keputusan investasi untuk bitcoin. Shutterstock/Morrowind
Ilustrasi pertemuan bisnis tentang keputusan investasi untuk bitcoin. Shutterstock/Morrowind

Ramalan suram nilai Bitcoin ini menyiratkan persepsi investor terhadap tren pasar bearish. Industri aset kripto dinilai telah terpukul sejumlah sentimen negatif, seperti perkara perusahaan pemberi pinjaman, nilai mata uang yang jatuh, serta berakhirnya kebijakan uang murah yang memicu spekulasi di pasar keuangan.

Survei sama menunjukkan, investor ritel memiliki kekhawatiran yang lebih terhadap aset kripto, ketimbang investor institusi. Hampir seperempat investor ritel menyebut kelas aset itu sebagai sampah. Sedangkan, investor profesional lebih berpikiran terbuka terhadap aset digital.

Sementara, 28 persen responden menyatakan keyakinan kuat bahwa aset kripto merupakan masa depan keuangan. Namun, ada 20 persen investor yang menganggap aset tersebut tidak berharga.

Di luar itu, kejatuhan pasar kripto kemungkinan akan memberikan tekanan pada pemerintah untuk meningkatkan peraturan tersebut. Pengawasan tersebut dipandang positif oleh sebagian besar responden, karena dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mengarah pada penerimaan yang lebih luas di antara investor institusi dan ritel.

Tak sedikit bank sentral mempertimbangkan untuk mengembangkan mata uang digital (central bank digital currency/CBDC). Tentu, CBDC ini nantinya akan dimanfaatkan untuk pembayaran digital.

Tren penurunan harga aset kripto serta tantangan potensial dari mata uang bank sentral tersebut ditaksir akan mengubah secara drastis industri. Responden mengharapkan terjadinya perubahan dari dominasi Bitcoin dan Ethereum, dua mata uang dengan kapitalisasi terbesar.

Mayoritas responden mengantisipasi salah satu dari keduanya akan tetap menjadi kekuatan pendorong dalam lima tahun. Itu terjadi bahkan ketika sebagian besar mata uang digital bank sentral mengambil peran kunci.

“Bitcoin masih menggerakkan sebagian besar pasar kripto, sementara Ethereum kehilangan keunggulannya,” kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda Corp., broker valuta asing. Menurut coinmarketcap.com, harga Ethereum saat ini hanya US$1.000-an, atau turun 73,0 persen dari US$3.700-an pada awal tahun.

Related Topics