MARKET

Cadangan Devisa RI Turun Tipis jadi US$135,6 miliar, Ini Penyebabnya

Indonesia harus waspadai risiko resesi ekonomi AS.

Cadangan Devisa RI Turun Tipis jadi US$135,6 miliar, Ini PenyebabnyaIlustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo

by Suheriadi

08 June 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Mei 2022 sebesar US$135,6 miliar atau sekitar Rp1.962 triliun. Posisi tersebut turun tipis dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2022 sebesar US$135,7 miliar atau setara Rp1.964 triliun. 

"Perkembangan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, pajak dan jasa, serta kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (8/6). 

Indonesia harus waspadai risiko resesi ekonomi AS

Menanggapi penurunan cadev tersebut, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut bank sentral perlu mewaspadai risiko resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Menurutnya, risiko tersebut akan mempengaruhi cadangan devisa, karena penerimaan devisa ekspor khususnya produk industri manufaktur masih mengalami pelemahan. 

"Sinyal Resesi di AS juga berdampak terhadap menurunnya minat investor untuk melakukan pembelian surat utang di negara berkembang," kata Bhima kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Rabu (8/6). 

Sementara itu, Bhima menilai kebutuhan pembiayaan dalam rangka menutup defisit APBN masih sangat besar. Tak hanya itu, pembayaran bunga utang luar negeri dan pokok jatuh tempo juga berisiko menggerus cadev RI ke depan. 

"Downside risk masih sangat tinggi sehingga otoritas moneter perlu lebih waspada," pungkas Bhima.

BI nilai cadev RI masih mencukupi

Meski demikian, Erwin kembali menambahkan, bahwa posisi cadangan devisa masih setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, cadev masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," jelas Erwin. 

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.