MARKET

Kasus Covid-19 Naik, Ini Prospek Emiten Produsen Vitamin dan Suplemen

Peningkatan kesadaran kesehatan jadi berkah emiten farmasi.

Kasus Covid-19 Naik, Ini Prospek Emiten Produsen Vitamin dan SuplemenSalah satu produk Sido Muncul. (Shutterstock/Parinussa Revy)
21 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) diprediksi masih memiliki prospek kinerja cerah di masa pandemi. Ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi dan suplemen demi meningkatkan imunitas, sejak pandemi melanda.

“Kami yakin KLBF dan SIDO akan terus bukukan pertumbuhan solid, ditopang oleh pemulihan lebih lanjut,” kata Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto, Senin (21/11).

Dalam risetnya, ia memprediksi pertumbuhan dua digit untuk Sido Muncul, dengan peningkatan margin kontribusi pada produk herbal yang lebih tinggi, salah satunya disebabkan oleh harga bahan baku yang stabil.

Dus, Natalia mempertahankan target harga Rp900 berdasarkan penilaian DCF, dengan WACC sebesar 9 persen dan terminal growth 4 persen. Sementara itu, rasio price to earning pada 2023 diproyeksi mencapai 22,8 kali. Untuk saat ini, harga saham SIDO ada di level Rp770, naik 1,99 persen.

“Pada harga saat ini, SIDO diperdagangkan dengan valuasi menarik,” imbuhnya.

Proyeksi pertumbuhan Kalbe Farma

Natalia pun memproyeksikan pertumbuhan dua digit bagi Kalbe Farma, sebesar 11 persen sampai 15 persen. Dengan perincian, kenaikan laba bersih menjadi Rp3,53 triliun, dari proyeksi Rp3,18 triliun tahun lalu.

Adapun pada tahun depan, KLBF diprediksi mencatat pertumbuhan laba bersih lebih tinggi lagi, yakni jadi Rp3,92 triliun. Hingga Oktober 2022, Kalbe sudah catatkan pertumbuhan laba bersih 11 persen. 

“Proyeksi pertumbuhan Kalbe Farma didukung oleh kembalinya kegiatan ekonomi normal, produk biologi/onkologi baru, dan pendapatan tambahan dari Sanofi.”

Target harganya untuk KLBF ada di Rp2.400 sesuai penilaian DCF, WACC 7,9 persen, dan terminal growth 4 persen. Sementara untuk rasio price to earning (P/E) perseroan pada 2023 diperkirakan mencapai 29 kali.

Katalis pertumbuhan: proyeksi kelanjutan permintaan dan pasar

Ke depan, Natalia juga memperkirakan pertumbuhan permintaan produk nutrisi dan suplemen secara berkelanjutan. Di tengah kembali naiknya kasus Covid-19, kebutuhan akan produk peningkat imun akan tetap ada.

“Ini akan menguntungkan perusahaan farmasi yang terus menawarkan produk pencegahan,” katanya.

Ditambah, ada pasar besar untuk produk pencegahan berbahan herbal, seperti Tolak Angin. Euromonitor menyatakan, ukuran pasar produk herbal dunia mencapai US$3,1 miliar pada 2021. Sedangkan, WHO menyebut penjualan produk kategori tersebut naik 15 persen per tahun.

Di rumah sakit pun, volume pasien di sejumlah rumah sakit telah melampaui tingkat prapandemi. Meski ada penurunan pendapatan dari Covid-19, tapi ada pertumbuhan solid untuk terapi atau produk baru. “Ini dapat jadi ruang pertumbuhan bagi perusahaan farmasi,” kata Natalia.

Related Topics