MARKET

Emiten di 3 Sektor Ini Terkena Dampak Larangan Ekspor CPO

Emiten sektor perkebunan hingga perunggasan terkena imbas.

Emiten di 3 Sektor Ini Terkena Dampak Larangan Ekspor CPOPekerja di perkebunan kelapa sawit sedang memanen buah sawit, untuk diproses lebih lanjut dikirim ke pabrik kelapa sawit, Kalimantan Timur, 13 Maret 2019.
25 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah akan melarang ekspor CPO (Crude Palm Oil) dan minyak kelapa sawit mentah sementara mulai Kamis (28/4). Sejumlah emiten di berbagai sektor pasar modal pun terkena efek domino dari kebijakan ini. 

Dalih implementasi kebijakan itu bervariasi. Dari menambah pasokan minyak goreng (migor) domestik dengan harga terjangkau, hingga usaha pemerintah menjaga inflasi tetap terkendali.

Di saat bersamaan, keputusan itu pun bakal memukul ekspor dan neraca perdagangan. Karena itu, Head of Equity Research BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto berharap kebijakan itu hanya bersifat sementara.

Menurutnya, penerapan kebijakan itu secara jangka panjang akan menjadi tantangan tersendiri. Sebab, disinsentif harga domestik yang lebih rendah akan menyebabkan hasil yang lebih kecil pula.

“Kami mengharapkan perbaikan mekanisme regulasi dan penegakan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga migor domestik dan terjangkau dalam jangka menengah,” ujar Helmy dalam risetnya, Senin (25/4).

Efek domino larangan ekspor minyak sawit dan CPO

Pekerja memanen tanda buah segar kelapa sawit. ANTARA FOTO/Syifa

Ada sejumlah dampak dari kebijakan larangan ekspor minyak sawit mentah dan produk turunannya, yakni:

1. Gangguan rantai pasokan untuk sementara waktu

2. Penurunan harga minyak goreng domestik

Ini akan membantu mengurangi tekanan inflasi yang meningkat. Sebab, Helmy menambahkan, penyesuaian harga eceran migor yang melonjak jadi salah satu katalis pendongkrak harga bahan pangan.

“Studi sensitivitas kami menunjukkan, setiap penurunan 1 persen harga migor bakal menghasilkan penurunan inflasi 0,15 persen,” jelasnya.

3. Defisit perdagangan

Minyak sawit termasuk salah satu ekspor nirmigas utama, dengan kontribusi 11,5 persen terhadap total ekspor pada 2021. Rata-rata nilainya US$2,2 miliar per bulan. Tahun ini, GAPKI memproyeksikan total ekspor CPO sejumlah 33,2 juta ton—menurun 3 persen (YoY).

Helmy menilai, dampak defisit perdagangan akan kian naik akibat peningkatan impor karena aktivitas ekonomi yang lebih kuat. Namun, cadangan devisa tetap solid di level US$139 miliar per Maret 2022.

“Prospek defisit perdagangan yang naik berpotensi melahirkan tekanan ST negatif terhadap mata uang,” imbuhnya.

4. Pengaruhi kebijakan moneter

Pada pertemuan Bank Indonesia terakhir, bank sentral memutuskan menjaga tingkat suku bunga acuan guna menjaga stabilitas harga pangan sekaligus momentum pertumbuhan ekonomi.

Jika kebijakan larangan ekspor berhasil menekan inflasi, maka BI berpotensi mempertahankan sikapnya saat ini. Namun, Helmy memproyeksikan dua kenaikan suku bunga terjadi pada semester dua 2022.

Sektor perkebunan, konsumen, dan perunggasan terdampak

Pekerja menaikkan buah kelapa sawit yang baru panen di kawasan perkebunan sawit di Desa Berkat, Bodong-Bodong, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Kamis (10/3/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/YU.

Related Topics