Setelah OVO, Kini Grab Akuisisi Saham Raksasa Ritel Malaysia
Anak usaha Grab akan membeli saham Jaya Grocer.
Jakarta, FORTUNE - Setelah melantai di Bursa Nasdaq pada awal Desember ini, Grab mengambil langkah strategis dalam mempercepat bisnisnya. Perusahaan diketahui membeli jaringan ritel raksasa Malaysia, Jaya Grocer Holdings Sdn.
Perusahaan mengajukan rencana itu kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS). Berdasarkan perjanjian, anak usaha Grab yang bermarkas di Singapura akan membeli seluruh saham biasa Jaya Grocer.
“(Grab juga akan) membeli 75 persen saham preferen,” tulis perusahaan dalam dokumen pengajuannya, dikutip dari Reuters, Rabu (15/12).
Dalam aksi korporasinya tersebut, Grab akan menggandeng investor lokal yang nantinya akan mengambil alih 50 persen saham dengan suara di Jaya Grocer, sebagaimana peraturan yang berlaku di wilayah operasional peritel modern tersebut.
Berlangsung Setelah Membeli OVO
Sebelum membeli jaringan ritel, Grab lebih dulu mengambil alih OVO dari Lippo Group dan Tokopedia belum lama ini. Sang dekakorn Asia Tenggara tersebut menambah kepemilikan sahamnya di PT Bumi Cakrawala Perkasa—induk OVO—sebesar 39 persen.
Keputusan ini lantas membuat Grab menguasai—setidaknya—90 persen saham pemilik OVO. Cengkramannya di dompet digital ungu itu pun menguat. Mengutip Bloomberg, narasumber anonim mengatakan, “kesepakatan itu bernilai di antara US$500 juta dan US$1 miliar.”
OVO sendiri menyebut, penyusunan ulang pemilik sahamnya dapat membantunya lebih baik dalam menjajakan layanan finansial digital.
Akuisisi Saham Ritel oleh Kompetitor
Grab diketahu bukan satu-satunya perusahaan yang membeli saham peritel. Pesaingnya, GoTo, bahkan sudah satu langkah lebih awal ketika memutuskan terlibat dalam penambahan modal peritel Lippo Group—PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) alias Hypermart.
Pada Oktober lalu, CEO MPPA, Elliot Dickson mengatakan, “kami meningkatkan modal dan bersiap mengeksekusi rencana-rencana kami sembari terus berinovasi untuk konsumen Indonesia.”
Selain GoTo, e-commerce milik Grup Djarum—Blibli (PT Global Digital Niaga)—juga turut terjun ke sektor grosir daring dengan membeli 51 persen saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC). Harapannya, aksi korporasi itu dapat mendorong pertumbuhan bisnis kedua perusahaan.
Potensi Pasar Grosir Daring
Mengutip data Institute of Grocery Distribution (IGD, lembaga konsultan industri ritel, Indonesia berpeluang menjadi satu dari empat pasar grosir daring terbesar Asia; bersama Tiongkok, India, dan Jepang. Penetrasi sektor itu diramalkan akan naik menjadi 0,5 persen tahun depan; dari 0,3 persen pada 2020.
Riset Facebook dan Bain & Company (2020) pun memprediksi sektor e-grocery akan melesat 32 persen daripada segmen perdagangan daring lain pada 2020 hingga 2025. Pada 2020 sendiri, estimasi nilai sektor tersebut mencapai US$350 miliar.