MARKET

Perang Rusia-Ukraina Mereda, IHSG Hari Ini Diprediski Menguat

Jelang akhir pekan, pasar domestik masih minim sentimen.

Perang Rusia-Ukraina Mereda, IHSG Hari Ini Diprediski MenguatProyeksi pergerakan IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
18 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini (18/3) diprediksi kembali menguat menjelang akhir pekan. IHSG diperkirakan akan bergerak positif setelah ketegangan perang Ukraina dan Rusia mereda. 

Meski demikian, dari pasar domestik masih minim sentimen. Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper memperkirakan IHSG pagi ini akan bergerak di rentang support 6.950 dan 6.908 serta resisten di level 7.033 dan 7.074.

"Secara teknikal, candlestick membentuk higher high dan higher low sehingga masih mengindikasikan tren penguatan," kata Dennies dalam risetnya. 

Saham-saham yang dia soroti pada perdagangan hari ini di antaranya: CTRA, BBCA, MNCN, ASII, ERAA, BBRI, DSNG, SMRA, PWON, dan MDKA.

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova berpandangan serupa. IHSG hari ini berpotensi menguat asalkan tidak terjun ke bawah level support minor 6.895.

“Hari ini level support IHSG berada di 6.895, 6.814, dan 6.760, sedangkan level resisten di 7.030, 7.067, dan 7.114," katanya. 

Dengan sentimen ini, dia merekomendasikan sejumlah saham pada perdagangan hari ini seperti BBNI, EXCL, INDF, MDKA, dan TKIM.

Potensi kenaikan suku bunga BI

Ilustrasi Bank Indonesia.
Shutterstock/Mezario

Pada perdagangan kemarin, Kamis (17/3) IHSG ditutup melemah 0,40 persen ke posisi 6.964 setelah sempat menyentuh level 7.032. Kebijakan Bank Indonesia menahan tingkat suku bunga disinyakir menjadi penyebab penurunan.

The Fed mantap meningkatkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps. Melihat itu, Bank Indonesia (BI) masih memutuskan menahan tingkat suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (RRR) di level 3,5 persen.

Meski demikian, Pilarmas Investindo Sekuritas menilai masih ada potensi kenaikan suku bunga acuan BI pada 2022. Karena itu bergantung pada kemampuan pasar merespons rencana peningkatan suku bunga The Fed sebanyak 6 kali sepanjang tahun ini.

“Kami sendiri tidak yakin BI  akan menahan tingkat suku bunganya apabila The Fed menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 50 bps kemarin,” tulis Associate Director of Research and Investment Pilarmas, Maximilianus Nico Demus dalam risetnya pagi ini.

Sebagai catatan, bank sentral akan mempertimbangkan tiga hal sebelum memutuskan untuk meningkatkan suku bunga acuannya, yakni: inflasi, prospek pertumbuhan, dan stabilitas pasar.

Nico menilai, sejauh ini belum ada satu pun indikator yang menunjukkan gejolak di luar batas. Namun, akan beda ceritanya bila mulai terjadi indikasi pergerakan yang melampaui batas wajar.

Sejauh ini prospek BI terhadap pertumbuhan dan inflasi serta neraca transaksi berjalan masih menunjukkan aktivitas yang terjadi sebelum pandemi, menurut Nico.

BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang naik dari sebelumnya 3,7 persen pada 2021 menjadi 4.7 persen–5.5 persen pada 2022. Median di tahun 2022 akan berada di 5,1 persen, dengan prospek inflasi berada di rentang 2 persen–4 persen.

Katalisnya bervariasi. Pertama, perekonomian yang dianggap masih lebih tangguh ketika menghadapi gelombang Omicron. Ditambah dengan kenaikan harga komoditas yang mendorong pendapatan ekspor dan pemerintah, serta mendongkrak foreign direct investment.

“Bank Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin, biar nanti pasar yang akan menilai. Kekuatan perekonomian Indonesia menjadi kekuatan dalam menghadapi ketidakpastian pasar saat ini,” pungkas Nico.

Nico pun memprediksi IHSG hari ini akan melemah terbatas di rentang 6.930–7.032. Namun masih ada potensi penguatan. Tiga saham yang ia soroti hari ini, yaitu: JSMR, ERAA, dan PWON.

Related Topics