MARKET

IHSG Hari Ini Diprediksi Melemah Akibat Minim Sentimen Dalam Negeri

Kenaikan IHSG di level 7.000 membuka kesempatan menguat

IHSG Hari Ini Diprediksi Melemah Akibat Minim Sentimen Dalam NegeriIlustrasi laju IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

by Tanayastri Dini Isna KH

21 March 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini (21/3) diprediksi  melemah, setelah terkoreksi 0,40 persen ke level 6.064,38 pada akhir pekan lalu. Pergerakan IHSG hari ini lesu, akibat minimnya sentimen data ekonomi dalam negeri pada awal pekan.

Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan menjelaskan, potensi pelemahan tergambar dari analis teknikal yang menggambarkan candlestick membentuk lower high dan lower low. “Dengan volume yang tinggi serta stochastic membentuk deadcross mengindikasikan potensi pelemahan,' ujarnya dalam riset dikutip Senin (21/3). 

Namun demikian, optimisme akan situasi perang Rusia-Ukraina yang lebih baik setelah Joe Biden berbicara dengan Xi Jinping, membuat rentang pelemahan IHSG hari ini akan terbatas.

Dia memperkirakan IHSG melaju di rentang support 6.926 hingga 6.889 serta resisten 7.000 dan 7.037. Beberapa saham yang dia rekomendasikan pada perdagangan hari ini, seperti CTRA, MNCN, ASII, ERAA, INCO, INDY, ADRO, MEDC, dan CPIN.

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova memprediksi IHSG akan terkoreksi tipis pada pagi ini, karena melemah terbatas dan berada di atas support minor 6.895. Kenaikan IHSG ke atas level 7.000 sebelunya, masih terbuka kesempatan melanjutkan tren kenaikan. 

Ivan menjelaskan, “Level support IHSG hari ini berada di 6.895, 6.814, dan 6.760. Sementara level resistennya di 7.030, 7.067, dan 7.114. Berdasarkan indikator MACD dalam kondisit netral.”

Saham-saham yang menjadi sorotan pada hari ini di antaranya sebagai berikut: ADRO, ANTM, ASII, BBRI, dan CPIN.

Inflasi dan harga minyak rentan pengaruhi IHSG hari ini

Proyeksi pergerakan IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Sejak 2021, harga CPO telah mengalami kenaikan karena faktor cuaca di Indonesia sebagai produsen CPO besar dunia—ditambah tingkat produksi Malaysia turun—sehingga pasokan minyak sawit menurun.

Tahun ini, tingkat pasokan kian tipis dan semakin parah karena adanya agresi militer Rusia ke Ukraina sebagai produsen minyak bunga matahari, dan CPO sebagai  salah satu komoditas penggantinya.

Masyarakat pun semakin khawatir dengan kelangkaan minyak goreng dalam negeri. Pemerintah lewat Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatur aturan demi aturan guna menjaga ketersediaan minyak goreng di pasaran.

Salah satunya, penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp14 ribu untuk jenis kemasan. Akan tetapi, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maxmilianus Nico Demus mengatakan, kebijakan itu justru membuat minyak goreng makin langka.

Akhirnya, aturan baru kembali ditetapkan, yakni kenaikan Domestic Market Obligation (DMO) dari 20 persen menjadi 30 persen, di tengah harga CPO acuan yang masih tinggi.

“Namun, kebijakan tersebut dinilai belum mampu juga mengangkat persediaan minyak goreng di pasaran. Tercermin dari tingkat keseterdiaannya yang rendah, membuat pemerintah mencabut kebijakan DMO dan HET serta menggantinya dengan menaikkan dana pungutan ekspor CPO dan bea keluar,” jelas Nico dalam risetnya, Senin pagi.

Tarif ekspor pun dikerek dari US$375 per ton menjadi US$675 per ton, melonjak 80 persen. Batasan tarif maksimumnya pun diubah dari US$1.000 per ton menjadi US$1.500 per ton. Selain untuk menjaga pasokan, hal itu juga bertujuan sebagai cara subsidi minyak curah untuk beberapa waktu ke depan.

Belum lagi dengan adanya pihak-pihak yang menahan pasokan minyak goreng di kalangan tertentu, lalu dilepas ketika aturan HET dicabut. Sebab, sejak pemerintah membiarkan harga minyak sesuai dengan nilai keekonomiannya, pasokan jadi mermbanjir dengan kenaikan harga fantastis.

Karena itu, Nico memandang diperlukan stabilisasi harga minyak, karena berpotensi mengerek laju inflasi. Terlebih di tengah peluang kenaikan suku bunga Bank Indonesia demi mengendalikan laju inflasi ketika The Fed akan agresif menaikkan suku bunga acuan, yakni 6 kali pada 2022.

Ia menjelaskan, “Kami berpandangan kenaikan harga minyak goreng yang fantastis  berpotensi menaikkan tingkat inflasi lebih cepat dan menekan daya beli masyarakat. Kami juga melihat perubahan kebijakan dalam tenggang waktu yang pendek, dilakukan demi mengatasi kelangkaan minyak goreng dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi di pasaran.”

Dengan sentimen ini, dia memproyeksikan IHSG hari ini akan bergerak menguat terbatas dengan rentang pergerakan di 6.920–7.032. Saham pertambangan dna telekomunikasi MEDC, TLKM, dan INCO menjadi saham yang dia rekomendasikan pagi ini.