MARKET

Jelang Arisan BI, IHSG Diproyeksi Menguat Terbatas

Bank Indonesia diperkirakan pertahankan suku bunga acuan.

Jelang Arisan BI, IHSG Diproyeksi Menguat TerbatasProyeksi pergerakan IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
19 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat, Selasa (19/4), setelah ditutup di zona hijau kemarin sore. Pengumuman kinerja emiten dan panen dividen masih menjadi katalis pendorong pergerakkan indeks. 

Akan tetapi, laju IHSG hari ini relatif terbatas menjelang penetapan suku bunga 7 Days Repo Rate pada pertengahan pekan ini, menurut Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper.

Karena itu, ia memprediksi IHSG akan bergerak di rentang support 7.253 dan 7.231 dengan resisten di level 7.287 dan 7.299. Saham-saham yang disoroti, yakni: INDY, MPPA, PWON, MEDC, SSMS, TLKM, LSIP, UNTR, BRIS, dan CTRA.

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga melihat potensi penguatan terbatas IHSG di kisaran 7.204–7.315. Saham telekomunikasi hingga pertambangan seperti EXCL, BRIS, dan ANTM direkomendasikan dicermati hari ini.

“Pertemuan Bank Indonesia mungkin akan menjadi perhatian pada siang hari ini, kemungkinan tak berubahnya tingkat suku bunga masih lebih besar, tapi sikap BI ini akan disoroti pelaku pasar dan investor,” tulis Nico dalam risetnya. 

Proyeksi JP Morgan perihal kebijakan moneter RI

Ilustrasi IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan Indonesia mencatatkan surplus perdagangan pada Maret menjadi US$4,5 miliar. Capaian ini melampaui ekspektasi JP Morgan (US$3,8 miliar) dan konsensus (US$3,1 miliar).

“Pendapatan komoditas yang lebih tinggi juga akan mengarah pada tabungan swasta yang lebih kuat, kelebihan likuiditas dan pendapatan fiskal, yang memberi BI lebih banyak ruang untuk bermanuver seputar subsidi energi dan normalisasi tarif,” jelas dua analis JP Morgan, Jin Tik Ngai dan Sin Beng Ong dalam riset.

Mereka melihat, kewaspadaan kebijakan fiskal kemungkinan akan didahulukan. Sebab, pemerintah meningkatkan harga energi domestik yang disesuaikan dengan pemulihan ekonomi.

“Dalam hal kebijakan moneter, kami memperkirakan BI akan memulai kenaikan suku bunga pada Juni dengan kenaikan 25bp, diikuti oleh kenaikan 25bp pada kuartal III 2021 dan kuartal IV 2022 karena inflasi headline naik menuju ujung atas kisaran 2 persen - 4 persen pada akhir tahun,” imbuh mereka.

Related Topics