Meninjau Nasib Laju GOTO Setelah ‘Gembok’ Saham Dibuka
Analis menyebut saham GOTO masih di fase markdown.
Jakarta, FORTUNE - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dibuka melemah di level Rp141 di perdagangan perdana setelah periode lock-up berakhir, Kamis (1/12). Pada pukul 09.30 WIB, saham tercatat terkoreksi 6,6 persen.
Melansir RTI Business, volume transaksi saham GOTO mencapai 307,6 juta. Nilai transaksinya berjumlah Rp43,3 miliar, dan frekuensi perdagangannya mencapai 7.650 kali. Rasio price to earning-nya minus 6,1.
Sementara itu, kapitalisasi pasar GOTO kini mencapai Rp167,0 triliun. Padahal, di awal masa IPO, kapitalisasi decacorn itu diproyeksi mencapai Rp400,3 triliun.
“Berdasarkan perspektif analisis teknikal, GOTO masih dalam fase markdown atau mengalami downtrend dengan target support pada level Rp140. Sementara itu, resisten berada pada level Rp183,” kata Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji kepada Fortune Indonesia pagi ini.
Artinya, harga saham GOTO di pembukaan perdagangan pagi ini mendekati level support. Aji menilai, itu mengindikasikan tekanan jual pada saham GOTO masih relatif kuat di awal periode pembukaan gembok saham Seri A.
“Sementara itu, para pelaku pasar masih bersikap wait and see,” ujarnya.
Untuk bisa rebound, GOTO memerlukan katalis pendukung seperti kinerja bottom line yang menguntungkan, serta aksi korporasi untuk ekspansi bisnis.
Apa itu periode lock-up GOTO?
Periode lock up atau gembok saham seri A GOTO berakhir pada Rabu (30/11). Itu mengacu pada waktu saat para pemegang saham pengendali tak boleh menjual atau memindahtangankan saham miliknya.
Sebelum ini, para pendukung awal GOTO, seperti Alibaba Group Holding Ltd dan SoftBank Group Corp setuju dengan peiode ‘gembok saham’ itu. Perseroan telah mencari pembeli untuk penjualan terkontrol dari 1 triliun saham yang memenuhi syarat untuk dijajakan.
Tapi, pekan lalu manajamen GOTO belum memberi jaminan atas penjualan saham pengendali (saham Seri A) dari pemegang saham pra-IPO.
Analisis GOTO berdasarkan kinerja
CGS CIMB mempertahankan target harga senilai Rp204 per saham, dengan penjualan bersih 2024 7,7x. Pembukaan gembok periode lock up saham memang dinilai sebagai risiko bagi pergerakan saham GOTO beberapa waktu ke depan.
Sebelumnya, GOTO membukukan kenaikan adjusted EBITDA pada kuartal ketiga 2022 senilai 10 persen (QoQ) berkat segmen layanan on-demand. Tim Analis CGS-CIMB Sekuritas, Ryan Winipta dan Baruna Arkasatyo menilai, itu kurang mengagumkan dibandingkan Shopee atau Grab.
Adapun, GTV (gross transaction value) GOTO di luar layanan on-demand naik 5 persen (QoQ), e-commerce tumbuh 4 persen (QoQ), dan GoTo Financial naik 11 persen (QoQ). Gross take-rate-nya masing-masing naik 58 basis poin, 7 basis poin, dan minus basis poin. Sementara itu, operating cash flow-nya naik 13 persen (QoQ) jadi -Rp4 triliun.
Target titik impas untuk margin kontribusi (CM) GOTO masih di kuartal pertama 2024, yang mana bisnis on-demand dibidik raih CM positif pada kuartal pertama 2023 dan e-commerce pada kuartal keempat 2023.
Ryan dan Baruna menyebut, dengan asumsi burn-rate saat ini, likuiditas GOTO mampu mempertahankan operasional selama delapan kuartal. “Meningkat dari tujuh kuartal pada kuartal kedua 2022,” tulisnya dalam riset.
Ihwal PHK, langkah itu disebut dapat menghemat biaya senilai Rp915 miliar–Rp955 miliar atau 14–15 persen biaya karyawan. GOTO pun sudah mengidentifikasi potensi efisiensi biaya senilai Rp1 triliun, yang mana Rp269 miliar sudah direalisasikan tahun ini.
Selain itu, GOTO pun tengah meninjau peluang divestasi aset non-core. Ditambah dengan adanya reklasifikasi sejumlah insentif ke beban penjualan dan pemasaran. Langkah itu disebut bisa melahirkan potensi peningkatan pendapatan bersih Rp3 triliun per tahun.
“EV/penjualan GOTO menurun setelah adanya reklasifikasi dari sebelumnya 24,3x jadi 17,9 kali.