Mirae Asset Pangkas Target IHSG ke 7.400 Tahun Ini, Mengapa?
Sebelumnya, Mirae memasang target IHSG 7.600 pada 2022.
Jakarta, FORTUNE - Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi target IHSG pada 2022 dari 7.600 menjadi 7.400 di tengah pengetatan kebijakan moneter global. Menurut Head of Investment Research Strategist Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya, penyebabnya adalah target price to earning ratio (P/E) IHSG yang juga terpangkas penurunan valuasi.
Di tengah situasi itu, Mirae Asset menyoroti sektor-sektor strategis di paruh kedua 2022, yakni konsumen non-siklus, pertambangan batu bara, keuangan, dan industri. “Kami pun menurunkan (ekspektasi) skenario bull case untuk IHSG di akhir 2022, dari 8.000 menjadi 7.800; sambil mempertahankan skenario bear case untuk target IHSG akhir 2022 di level 6.100,” katanya dalam riset, dikutip Selasa (12/7).
Adapun, bear case mengacu pada kondisi saat investor pesimis dengan pasar dan memproyeksi harga turun dalam jangka pendek hingga menengah. Sementara bull case adalah kebalikannya, dengan periode kenaikan secara berkelanjutan.
Pesimisme global diproyeksi berlanjut
Di tengah pengetatan kebijakan moneter, Hariyanto memproyekikan Amerika Serikat (AS) akan mengalami resesi ekonomi pada 2023. Itu memicu kondisi bearish di indeks pasar modal Negeri Paman Sam.
Secara historis, penurunan rata-rata indeks ekuitas AS, S&P500 mencapai 40 persen dari titik tertinggi—selama masa bearish. Sepanjang perdagangan pada 2022, indeks itu tercatat sudah terkoreksi 19,64 persen. “Oleh karena itu, kami memperkirakan pasar bearish ekuitas AS akan berlanjut di paruh kedua 2022, karena investor akan mempertimbangkan resesi, yang akan menurunkan pendapatan ekuitas AS,” jelas Hariyanto.
Dampak ke pasar modal Indonesia
Lantas, apa dampaknya ke pasar modal Indonesia, khususnya pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
Selama pasar bearish, laju IHSG tampak ikut terjatuh bersama indeks ekuitas AS. Namun, menurut tim riset Mirae Asset, pelemahan IHSG di tengah kondisi bearish global terjadi akibat penurunan pendapatan sang indeks acuan.
Tapi, ia memproyeksi pendapatan IHSG akan terus bertumbuh di sisa waktu tahun ini serta tahun depan. Hal itu didorong oleh kondisi ekonomi Indonesia, yang diperkirakan bakal tetap tumbuh masing-masing 5,1 persen (YoY) dan 5,3 persen (YoY) pada 2022 dan 2023. Proyeksi itu lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain yang diramal akan mengalami stagflasi.
Hariyanto bilang, “Karena itu, kami pikir bear market AS saat ini seharusnya tak menyeret IHSG secara signifikan.”
Secara year to date pun, IHSG masih terpantau menguat 0,85 persen atau 56,84 poin walau bergerak fluktuatif dalam beberapa waktu belakangan ini.