Rupiah Sempat Tembus Rp15 Ribu/Dolar, Apa Dampak ke Ekonomi Nasional?
Depresiasi rupiah berdampak ke berbagai aspek ekonomi.
Jakarta, FORTUNE - Nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Depresiasi terjadi karena ketidakstabilan ekonomi dunia, saat-saat investor lebih memilih menggelontorkan dana untuk instrumen safe haven.
Nilai tukar saat ini mengacu pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, yakni kurs referensi dari dasar transaksi perdagangan menggunakan valuta asing. Pada Kamis (7/7), rupiah menguat 14 poin ke level Rp14.985 per dolar AS pada pagi hari, dari level di penutupan perdagangan sebelumnya, yaitu Rp14.999.
Namun demikian, risiko pelemahan rupiah tetap diwaspadai. Fenomena depresiasi rupiah itu membawa dampak bagi perekonomian dalam negeri. Apakah itu?
Kenaikan harga impor
Menurut Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, depresiasi rupiah memengaruhi barang impor. “Baik untuk konsumsi maupun bahan baku produksi, seperti misal farmasi dan peternakan,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis.
Depresiasi rupiah berdampak negatif terhadap pelaku usaha yang banyak mengimpor bahan baku dengan sistem denominasi rupiah.
“(Fenomena depresiasi rupiah) merupakan kerugian bagi perusahaan yang memiliki eksposur besar di impor, seperti industri farmasi yang 90 persen bahan baku merupakan impor, ini tentu sentimen negatif,” jelas Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus kepada Fortune Indonesia.
Artinya, akan terjadi peningkatan harga impor, sehingga berpotensi menekan jumlah produk asing di pasar domestik.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menambahkan, yang mengkhawatirkan dari naiknya harga impor adalah pengalihan beban ke konsumen.
Daya beli dan investasi melemah
Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga mendongkrak biaya produksi para perusahaan, salah satunya harga bahan baku.
Kenaikan bahan baku ini pada akhirnya dapat membuat perseroan mengerek naik harga jual lantaran biaya produksinya meningkat. Sebagai efek domino, daya beli di kalangan masyarakat pun terpengaruh.
“Terkait naiknya beban produksi bagi perusahaan maupun tekanan terhadap daya beli masyarakat serta aktivitas investasi yang kemungkinan juga akan mengalami penurunan,” papar Ivan.
Dampak ke APBN dan inflasi
Josua menambahkan, pelemahan rupiah juga akan berdampak pada APBN. Tiap kali rupiah melemah Rp100 per dolar, maka penerimaan negara akan naik Rp2,7 triliun. Di saat yang sama, belanja negara juga meningkat Rp2,1 triliun.
“Dengan kata lain, setiap pelemahan rupiah Rp100 per dolar, akan mendorong surplus APBN sebesar Rp0,7 triliun,” jelasnya kepada pers, dikutip Kamis.
Lebih lanjut, pelemahan nilai rupiah juga dapat memengaruhi tingkat inflasi di dalam negeri.