MARKET

LPPF Naikkan Harga Buyback Saham, Bagaimana Prospek Kinerja di 2022?

Bea masuk baju impor menguntungkan LPPF dibanding kompetitor

LPPF Naikkan Harga Buyback Saham, Bagaimana Prospek Kinerja di 2022?Emiten ritel Grup Lippo, Matahari Department Store atau LPPF. (Wikimedia/Yoshi Canopus)
08 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten ritel milik grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), merevisi batasan harga pembelian kembali atau buyback saham pada 2022; dari Rp4.700 menjadi Rp7.950 per saham.

Sebagai informasi, buyback saham LPPF akan digelar paling lambat 3 Mei 2022. Jumlah dana yang disiapkan oleh perusahaan  itu maksimal mencapai Rp500 miliar.

Total saham yang akan dibeli kembali maksimal 10 persen dari modal disetor dan ditempatkan. Jumlah itu setara dengan 262.614.878 lembar saham senilai hampir Rp26,3 miliar.

“Manajemen meyakini pasar perseroan saat ini kurang dinilai dan berharap buyback akan meningkatkan nilai pasar perseroan,” jelas Direksi Matahari Department Store dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (8/3).

Lantas seperti apa dampak rencana buyback saham LPPF dan prospek kinerja perusahaan di 2022?

Kinerja keuangan LPPF 2022

Sepanjang 2021, perusahaan membukukan pendapatan Rp5,58 triliun, naik 15,52 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan eceran berkontribusi lebih dari 60 persen pendapatan perseroan diikuti kontribusi dari penjualan konsinyasi dan jasa. 

Emiten ritel busana ini pun berhasil menekan beban usaha berkat optimasi biaya operasional. Perusahaan mempekerjakan staf tambahan selama peak season serta merilis proyek multitasking.

Strategi ini pun berhasil mendorong kinerja bottom line atau laba bersih perseroan pada 2021 hingga mencapai Rp912,9 miliar, membaik dibandingkan 2020 dimana perseroan mencatat rugi bersih Rp873 miliar. 

Analis Mirae Sekuritas Indonesia, Christine Natasya mengatakan, laba bersih tersebut jauh di atas perkiraan Mirae dan konsensus masing-masing 166 persen dan 160 persen.

Di sisi lain, kinerja LPPF juga mulai menunjukkan pemulihan yang tercermin dari tingkat SSSG (Same Store Sales Growth) atau pertumbuhan rerata tiap toko sebesar 22,4 persen. 

"Unit per transaksi meningkat ini menunjukkan kesediaan konsumen  mengeluarkan lebih banyak uang per transaksi. Dengan pemulihan lalu lintas di dalam toko, kami yakin penjualan secara keseluruhan akan terus menguat," kata Christine dalam risetnya.

Di sisi lain, perusahaan juga terus melanjutkan keyakinannya dengan terus melakukan pembelian kembali saham dan pembagian dividen dengan estimasi lebih tinggi sebesar Rp500 per saham dibandingkan Rp350 per saham pada 2021.

Dnegan momentum pemulihan cukup kuat dan keyakinan perusahaan dapat menaikkan penjualan pada Lebaran tahun ini, Mirae pun meningkatkan rekomendasi LPPF ke Beli.

"Target harga baru kami ada kisaran Rp5.900 pada 2022," katanya. 

Persaingan dengan kompetitor

LPPF juga dinilai berpeluang besar merebut pangsa pasar di tengah kebijakan safeguard duty atau pengenaan bea masuk tindak pengamanan (BMTP) pakaian impor yang menekan beberapa kompetitornya.

Kebijakan itu bertujuan membuat produsen lokal menjadi lebih kompetitif, apalagi entitas anak Grup Lippo saat ini 90 persen produk yang dijualnya berasal dari produsen lokal.

“Kami percaya ada ruang yang lebih luas bagi perusahaan untuk meningkatkan harga jual atau merebut market share karena pesaing yang mengimpor barang tengah menghadapi tantangan,” jelasnya.

Dengan kondisi ini, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan LPPF bisa mencapai pendapatan Rp6,98 triliun dengan perkiraan laba bersih Rp1,27 triliun. 

Related Topics